Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

PuisiSastra

Puisi-Puisi Jang Sukmanbrata

Ilustrasi: Handy Saputra

 

Nelayan Tua dan Ombak

ombak selatan
bolak balik di pantai
nelayan loncat

derapnya buih
menghilang di pesisir
berumah pasir

ombak berlalu
lampu tengah perahu
kawan tersenyum

matanya sepet
minuman gula jahe
catatan sobek

di siang bolong
perahu datang kosong
anjing menggonggong

berdinding ombak
cipratan air jingga
nelayan tua
aku lautan asa
waktu kembali senyap

Cilaut Eureun Garut, 7 Januari 2020

 

Pencari Terang

1
tak surut langkah
bawah sayap malaikat
pencari terang

2
datang geledek
kabut malam tersobek
cahya menoleh

3
ribuan masa
pembuat rumah cinta
bulan purnama

4
perahu bumi
sampai pantai Illahi
kayuh berhenti

5
benih di tabur
pesona tanah subur
matamu senyum

April 2020

 

Bayangan Hilang

1/
jiwa yang kelam,
saat ditanya, sempoyongan
mengadukan diri pada kolam,
gelap malam, dilipat-lipat senyap,
remangnya seperti takut sendirian,
melarutkan muka dalam arus riakan,
sinar lampu sampai sebatas tepian,
terlihat gamang itu bayang bayang
Loncatan ikan beri garis lengkungan

Sungai purba berdandan saat senyap
di bawah kaki kaki gunung ber-emas,
mega putih sedikit saja tertangkap,
riakan sungai itu masih kusimpan,
di kolam bisa kubaca arusnya,
kuikuti kemauan gelombangnya
Cerlang, tentu aku berhasrat cerlang
Itu kebenaran melintas di sudut mata
disusul airmata, berbenah di lembah
kutulis di batas cinta dan benci
Rindu yang membeku kutaruh di alis;
berharap pada kerlipan bintang
aku nelayan sendirian di laut lepas
rumahku atas buih dan ombak;
tak berjendela tak berkaca,
cahaya tumpah selamanya di kamar
Angin pesta di pintu coklat hitam,
bau anyir ikannya ingatkan kembali,
Lilitan jamurnya hiburan senjahari.

2/
Jiwa yang kelam,
jawabannya bukan di airmata
di danau buatan kering di kemarau
suara hewan air rehat di lumut
Sebelum tidur, bertanya, ‘kapan hujan
membersihkan seluruh raga dan jiwaku?’
Guntur menjawabnya dari atas nyiur,
“Setelah pakem leluhur jadi kidung,
harapan disuntikan di musim jagung”

Di kota, jiwa kelam itu rambu rambu,
kaki menendang, tangan meninju
sampai grafiti kota berwarna saru
Mars organisasi hiasan demokrasi,
paruh partainya menghirup si kecil,
sayapnya tak berkutik dibekuk sepi.
Badai rumah tangga menjauh pergi
‘apakah aku pantas hidup?’
( selembar daun jatuh di rambutmu )
Jiwa yang kelam itu dibasuh di batu.

Rajamandala, 12 Januari 2020

 

Kuda Zaman Perang

Seperti kuda memilih jalan terang,
menolak gelap, menghindar remang
Kepercayaan itu bagai musim hujan; mencuci tanah,
airnya dibaktikan garis daun tentu
penulis mistis setia,
aku rawat pohonan penyimpan cinta,
di kala gugur satu, yang muda mekar

Bebaskan jiwa di kudapan senyap
Jangan lupa api raga berujung bara
Menembus jaring godaan dengan tawa
Tak tertipu suara suara pun warna profan
Seperti kuda menolak hantu remang
Mencari terang
Tak juga mau menapak bayangan
Setiap jam kita mengusung lapar dan kenyang
Dendam warisan dilemparkan abad ke abad
melumuri wajah ramah dan marah
Tidak menaruh kisruh, aku kasihan
Mulut serupa mawar merah basah
tak layak mencela yang lain musuh
Berhak cemburu besar itu Tuhan
Aku tiadakan yang mudah lenyap,
memang perlu dirawat dan dicinta,
tapi bukanlah tujuan, itu hiasan mata

Seperti kuda lari kencang
Tatapan mata batasnya di rentangan
Ketika plakat lepas, kota gila hasrat
Semua menginjak percintaan
Menolak mentah pertobatan
Pengalaman siapa dibela kenangan?
Dari remaja kubuang kacamata kuda,
kupakai kacamata tukang las baja,
poster sudah dibunuh sajak,
seruan berumah tinggal di maya;
Kukulum senyumMu yang kekal
Biar dunia lebur,
andai bayi menolak bubur,
rinduku tidak berlalu, ia tangga lagu
seperti kuda untuk berburu, oh debu
Tunduk patuh ke si Maut, tanpa takut
Hanya satu, lengan ibu merengkuh
Itu rumah berlantai pelupuh di kabut !

Seperti kuda Dzuljanah
peneguh tunggangan sang pemimpin teguh
meski kotanya mesum, politik lacur
waktunya pemilik zaman mengatur,
aku debu di jari ibu kaki kekasihMu.

*Dzuljannah: kuda Nabi Muhammad saw

Padalarang, 5 Maret 2020

 

Di Bawah Pohon Rimbun

riakan kolam
sunyi melelang hampa
lumut bertahan

menoreh tanah
asal mula manusia
oh rumah singgah
sekali hirup dunia
kampung kekal nirwana

jalanan lempang
guyuran hujan malam
ih lembab perkasa
cahya berlalu tenang
sela rimbun pohonan

di rumah lengang, di jalan ke hutan
hikmah mengaliri sejarah, di gerimis,
di padang terbuka, gunung kars situs terluka,
di sawah kepungan rumah, dan padang
pembantaian tercipta, darahnya – minuman segar petualang:
Tak mungkin diolah jadi tinta,
kini sinar dibikin alasan lapar,
paparannya dengan aturan samar, gelap,
membuang kuncup kejujuran.
Gugur sebelum subur, tumbuh tenang.

Sampurasun, ahuuung!
aku terima hujan malam
seperti tak kuasanya mengalihkan limpahan keringat betina
Di bawah pohonan, Hawa – Adam dijebak keindahan,
dan tersungkur sendirian di pengembaraan
Kepercayaan dibangun pertemuan !
Sejarah di sekolah biar jadi bara,
dusta itu api mulut yang dapat dipadamkan air laut
Bila ada jelaganya, paling untuk campuran warna tenun ikat.

bergerak lindap
menapak jejak samar
adat adalah hutan jati di lembah
jauh! jauh terjangkau sinar purnama
di bawah pohon, perpisahan berlipat maknanya
liukan akarnya terasa di jeda obrolan,
ranting mainan angin mengajarkan;
mengembalikan kasih sayang
lebih lentur berakar, dahannya kuat,
umur pohon panjang, dan berguna.

Kabuyutan Rajamandala, 3 April 2019

 

———————-

BIODATA

Jang Sukmanbrata lahir di Bandung, 17 Agustus 1964. Puisi-puisinya tersebar di media cetak dan online, antara lain Harian Berita Nasional, Masa Kini, Tabloid Eksponen, Pos Bali, Pikiran Rakyat, Bali Politika, dll. Puisinya juga terangkum dalam antologi bersama, seperti antologi puisi Penyair Muda Bandung (1982), Negeri Pesisiran (2019), Negeri Rantau (2020).

Handy Saputra lahir di Denpasar, 21 Februari 1963. Pameran tunggal pertamanya bertajuk The Audacity of Silent Brushes di Rumah Sanur, Denpasar (2020). Pameran bersama yang pernah diikutinya, antara lain Di Bawah Langit Kita Bersaudara, Wuhan Jiayou! di Sudakara Artspace, Sanur (2020), Move On di Bidadari Artspace, Ubud (2020), pameran di Devto Studio (2021), pameran Argya Citra di Gourmet Garage (2021). Instagram: @handybali.

Berita Terkait

Baca Juga
Close
Back to top button

Konten dilindungi!