Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

PuisiSastra

Puisi-Puisi Rion Albukhari

Ilustrasi: Gede Gunada

 

 

TIKAMAN

Ada burung tepus diam-diam hinggap di mulutmu;
memang ada yang akan datang selalu diam-diam.
Ada pisau yang diam-diam disusupkan ke salur lambungmu;
lengah sebentar, ke puncak heningmu tikamannya sampai.

Padang, 28 Mei 2022

 

MERAWI REMBULAN

Di tengkuk malam yang bercabang,
rembulan memancarkan cahayanya yang keperakan.
Telah ia lihat dirinya sendiri,
di dalam kolam itu;
mengambang dan sia-sia.

Markas Pelopor, 21 Mei 2022

 

PEREMPUAN YANG TAKUT PADA AIR

Ia hendak turun,
tapi ia merasa;
sungai-sungai selalu
menyimpan amuk murka.
Ia pergi ke gunung,
tidak mendengar riak
tak pula ingin melihat
alir tanpa kepastian,
katanya seperti subuh,
atau nasib,
air penuh kedinginan.
Di puncak ia merasa jauh,
dari apa saja, termasuk dengan Kau;
lelaki yang dicintainya.
Tapi ia merasa tentram demikian,
sudah; begitu saja cerita perempuan itu selesai.

Padang, 09 Maret 2022

 

KATA-KATA

Kadang, kata-kata seperti lempeng,
mendekat dan kemudian menjauh,
berputar dan membuat segala yang ada
di lintasannya porak-poranda.
Kata-kata tak pernah mau mati barang sejenak,
ia menjadi air liur ketika seorang bocah terlelap.
Kata-kata mengukurku dengan kedalamannya
yang telah membuat seseorang mati sore kemarin.
Kata-kata bangkit dari tanah
untuk memerdekakan suara cinta yang terluput.
Kata-kata adalah almanak panjang yang tak memilki pengulangan;
seorang penyair fanatik pernah bermimpi ingin menerjemahkan kata-kata
dengan frasa yang paling sedih,
tapi ia melingkupi lebih dari sekadar kesedihan belaka.
Kata-kata berjingkrak di punggungku,
sekarang ia ambil ancang-ancang untuk terbang,
sesaat lagi ia akan menjelma burung,
nun tinggi;
di angkasa.

Padang, 13 Februari 2022

 

================================

BIODATA

 

Rion Albukhari, lahir dan besar di Nagari Limau Gadang Pantai Barat Sumatra; sebuah nagari kecil yang sunyi dan jauh dari keriuhan kota. Ia adalah mahasiswa Pascasarjana Ilmu Sejarah Universitas Andalas. Beberapa puisi dan esainya dimuat di beberapa media massa.

Gede Gunada lahir di Desa Ababi, Karangasem, Bali, 11 April 1979. Ia menempuh pendidikan seni di SMSR Negeri Denpasar. Sejak 1995 ia banyak terlibat dalam pameran bersama, antara lain: Pameran Kelompok Komunitas Lempuyang di Hilton Hotel, Surabaya (1999), Pameran “Sensitive” Komunitas Lempuyang di Danes Art Veranda, Denpasar (2006). Ia pernah meraih penghargaan Karya Lukis Terbaik 2002 dalam Lomba Melukis “Seni itu Damai” di Sanur, Bali; Karya Lukis Kaligrafi Terbaik 2009 dalam Lomba Melukis Kaligrafi se-Indonesia di kampus UNHI Denpasar.

Berita Terkait

Back to top button

Konten dilindungi!