Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

Seni Sana Sini

Sakura Raih Juara 2 dan 3 Lomba Musikalisasi Puisi Bulan Bahasa Bali V

MULIAKAN BAHASA IBU: Penampilan Tim Sakura dalam Bulan Bahasa Bali V Tahun 2023, Sabtu, 11 Februari 2023.

 

MANGUPURA, Balipolitika.com Bulan Bahasa Bali V Tahun 2023 menjadi ajang pembuktian bagi para siswa SMA Negeri 1 Kuta Utara (Sakura).

Khusus di tangga lomba musikalisasi puisi berbahasa Bali se-Bali yang dihelat Jumat dan Sabtu, 10-11 Februari 2023, Sakura merengkuh juara 2 dan 3.

Nama-nama siswa yang berhasil memukau audiens ini terdiri atas Ida Ayu Gede Anggi Widyaning Putri (X12), Putu Ratih Ary Trisna (X13), Kadek Andra Wikanjaya Putra (XI MIPA 1), Ni Putu Ayu Ananda Indira Dewi (XI MIPA 4), Made Benada Michael Saputra (XI MIPA 5), Ni Luh Gede Aulia Nanda Pratiwi (XI IPS 2), dan I Made Reyadi Reyaldi Mikha (XI IPS 2).

Siswa Sakura yang tergabung dalam Komunitas Budang Bading Badung dan didaulat sebagai penampil pembuka Bulan Bahasa Bali V Kabupaten Badung meraih juara 3 dalam ajang ini.

Para siswa Sakura ini terdiri atas Ni Made Yunda Darmayanti (XI MIPA 1), Putu Keisya Renatha Putri Dwisa (XI MIPA 2) Ni Kadek Meyta Gifani Putri (XI MIPA 2), Putu Andika Prtama Yoga (XI IPS 3), Ni Nyoman Praba Putri Mahadewi (XI MIPA 4), dan I Made Manipuspaka (XI MIPA 6).

Lomba yang mengusung tema Campuhan Urip Sarwa Prani yang dimaknai sebagai altar pemuliaan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali ini diselenggarakan di Gedung Ksirarnawa Art Center, Denpasar.

Tema Segara Kerthi memaknai laut sebagai awal dan akhir kehidupan segenap makhluk. Adapun kriteria penilaian lomba, yaitu originalitas aransemen, penghayatan puisi dalam lagu, kualitas vokal, harmonisasi puisi dengan musik, dan keutuhan penampilan dengan batas durasi penampilan maksimal 25 menit.

Puisi wajib yang ditampilkan yakni Segara Sanusantara karya I Made Sanggra memiliki makna bagaimana segara menyatukan antarpulau.

Tim Sakura menampilkan puisi tambahan dengan judul Segara yang memiliki makna kesucian laut. Sakura menggunakan alat musik akustik yakni gitar, drum bass, kulkul, kolintang dan rainstick dengan kostum berwarna putih dan biru layaknya suasana laut.

“Kurang lebih kita latihan dari minggu-minggu yang lalu dengan beberapa aransemen yang kita buat dan disetujui bersama-sama,tutur Bena. Harapan Nanda untuk musikalisasi ini semoga bisa lebih baik lagi agar bisa membanggakan nama Sakura serta musikalisasi puisi Sakura bisa lebih banyak yang tahu.

Penampilan kedua Tim yang diperkuat siswa Sakura membuat penonton terhanyut dan sangat kagum. Sorakan tepuk tangan berhasil didapatkan oleh team Sakura.

Jujur, ini pertama kali saya menonton musikalisasi Sakura. Banyak sekali pesan moralnya yang tidak hanya dilihat dari seni saja. Lalu ada pesan bahwa kita harus menjaga kebersihan laut karena menyangkut banyaknya makhluk hidup dan semoga nanti akan ada tema yang lebih bagus lagi agar semakin banyak generasi muda yang berminat dengan musikalisasi puisi,ucap Ni Luh Ayu Astrina Ditya Ekasari, S.Pd, salah satu guru Sakura.

Tidak luput juga banyak teman-teman Tim Sakura menonton pertunjukkan. “Rasanya itu merinding banget. Alunan musik seperti di pantai,ucap Oktarina.

 “Keren banget,tutur Kunta Ariyoga.

“Keren banget penampilannya, kita sebagai penonton ikut terhanyut suasana,” imbuh Gusmang memuji Tim Musikalisasi Puisi Sakura yang dibina oleh seniman muda berbakat, Heri Windi Anggara, I Nyoman Sedana Yoga Anugraha, dan I Wayan Amrita Dharma Darsanam.  

Secara umum, kreativitas para pelajar se-Bali menyajikan musikalisasi puisi patut diapresiasi. Aranseman puisi, olah nada, penggarapan musik dan penataan kostum tampak sangat baik. Ada pula sebagai peserta membawa properti untuk mendukung tema, sehingga penampilan peserta musikalisasi ini, tak hanya menyajikan musik puisi yang indah, tetapi juga sebagai seni pertunjukkan yang sangat menarik. Itulah gambaran Wimbakara (Lomba) Musikalisasi Puisi Bali serangkaian Bulan Bahasa Bali V.

Peserta lomba musikalisasi kali ini sangat antusias. Hampir diikuti oleh peserta dari seluruh kabupaten. Dari sebanyak 25 peserta yang terdaftar, hanya 23 peserta tampil menyajikan karya musik puisinya. Setelah dewan juri melakukan penilaian, Teater Angin SMAN 1 Denpasar meraih juara I, disusul kemudian SMA I Kuta Utara, dan Sanggar Komunitas Budang Bading Badung yang diperkuat seluruhnya oleh siswa Sakura sebagai juara III.

Tiga dewan juri itu, yaitu I Komang Darmayuda, S.SN.,M.Sn (dosen ISI Denpasar), I Ketut Mandala Putra (staf Balai Bahasa Provinsi Bali), dan Drs. I Made Suarsa S.U (praktisi aksara, bahasa dan sastra Bali).

Lomba ini diwarnai kreativitas dalam penggarapan. Ini membuktikan, perkembangan musikalisasi puisi semakin tahun begitu luar biasa.

“Pada H-5, pendaftaran sudah ditutup karena peserta sudah mencapai 25 peserta yang tampil. Pembatasan peserta itu, mengingat waktu yang agar tidak terlalu panjang,” kata Kepala Bidang Sejarah dan Dokumentasi Kebudayaan Dinas Kebudayaan (Disbud) Provinsi Bali, Drs. AA Ngurah Bagawinata, MM.

Peserta yang tampil, memiliki jiwa seni dalam berkolaborasi lewat puisi. Hal itu, tak hanya membangkitkan kreativitas berkesenian mereka, tetapi juga mendorong mereka untuk memngerti aksara, bahasa, dan sastra Bali.

“Perpaduan seni inilah membuat anak-anak kita menjadi nyaman berkolaborasi antara seni. Kami berharap ke depan, adanya musikalisasi ini tak hanya dikuti para remaja saja, tetapi juga anak-anak sejak dini, sehingga dapat membumikan aksara, bahasa dan sastra Bali sejak dini,” harapnya.

Komang Darmayuda mengaku bangga, karena pesertanya lebih banyak dari lomba-lomba tahun kemarin. Bahkan, sudah banyak datang dari kalangan sekolah-sekolah, berbeda dengan sebelumnya yang pesertanya didominasi oleh komunitas-komunitas yang biasa mengikuti lomba. Perkembangan kemudian didominasi siswa SMA dan SMK. Kreativitasnya pun berbeda-beda.

“Tetapi harus dimengerti. Musikalisasi puisi itu suatu garapan yang khusus. Saya melihat, banyak peserta yang memusikalisasikan puisi itu, seperti lagi pop. Mungkin pengalaman dan apresiasinya yang kurang,” ungkapnya.

Peserta yang tampil tahun ini, tampaknya belum dapat melihat ataupun hanya menonton di YouTube, sehingga nafas musikalisasi belum dapat dirasakan. Kalaupun banyak menonton, tetapi kalau tak paham dengan musik, maka akan lebih susah lagi.

“Maka itu, carilah orang yang mampu mengaransemen puiisi yang baik. Musikalisasi itu bernada, tetapi tidak nge-pop, masih ada ref dan ngebit. Menggarap musikalisasi puisi itu ada bentuk tersendiri, pemecahan suara itu salah satu ciri khas musikalisasi puisi, karena itu untuk menambah keindahan harmoni vokal,” paparnya.

Kalau pada lomba tahun lalu, kebanyakan diikuti komuniats yang sering ikut lomba, sehingga lebih banyak yang bagus. Peserta, sekarang pun bagus juga, tetapi kebanyakan larinya ke pop, kostumnya juga kurang ditata. Padahal, kustum itu tak terlalu formal sesungguhnya, namun harus sesuai dengan judul puisi yang dibawakan. Bukan harus tampil dengan busana yang wah dan megah.

“Mungkin saja, ini baru proses. Kalau lama-lama mungkin akan lebih mengena,” imbuhnya.

Walau semua peserta sudah tampaik kreatif, tetapi cara membingkai kreativitas itu perlu didasari oleh logika dan estetika. Misal tema puisi tentang laut, lalu mambawa properti kipas itu kurang pas. Lalu estetika, keindahan harus karya sastra. Artinya masih dalam bentuk garapan satra yang menampilklan spirit dari puisi dengan gaya musikal.

“Intinya mereka harus mengerti puisi itu, sampai dimana jeda dan betrlanjut. Karena urutan kata-kata, lalu nyambung ke kata yang lain, semua itu perlu diinterpretasikan,” bebernya.

Karena itu, Darmayuda mengusulkan perlu adanya workshop musikalisasi puisi. Walau dalam pelaksanaan Bulan Bahasa Bali sudah ada, namun itu perlu dilakukan langsung ke kantong-kantongnya.

“Bila perlu, kita harus ke daerah-daerah memberikan workshop dalam rangka bulan bahasa ini, sehingga mereka bisa mengerti, lalu mencari pelatih yang memang bisa dan tepat. Bagamaan pun pintarnya menyanyi, tetapi yang mengaransemen lagu itu kurang paham, tentu hasilnya juga akan kurang baik,” tegasnya.

Ketut Mandala menambahkan kreativitas seluruh peserta memang tinggi, namun ada kecenderungan memunculkan deklamasi. Dinamika puitis itu ditafsirkan sebagai deklamasi puisi. Kelirunya lagi, malah semuanya menjadi deklamasi, bukan musikalisasi puisi, sehingga harmonisasi dengan musik tidak terjalin dengan baik.

“Ini mungkin menjadi sebuah kandala dari peserta dalam mengaransemen puisi atau musik terlalu panjang sulit dipahami, sehingga lebih mudah dideklamasikan, bukan dibuat aransemen, seperti sebuah lagu,” ujarnya.

Melagukan puisi itu memang tantangan dalam muskalisasi puisi. Itu yang memang kurang dalam lomba kali ini. Pengetahuan tentang musik perlu menjadi reprensi yang memadai. Dalam musikalisasi itu ada deklamasi, itu memang tak apa-apa, tetapi bukan seutuhnya. Kalau 2 atau 3 baris saja, itu tak apa-apa.

“Saya kagum dengan kreativitas peserta, pemakain alat musik sangat bervarisasi, sehingga terlihat lebih inovatif,” ungkapnya.

Hanya saja, itu mesti disesuaikan dengan tema puisi. Karena itu, kali ini mengangkat tema lautan. Laut diangap sebagai lebur mala, sehingga ada salah satu peserta yang membawa sampah plastik diikat tali plastik lalu dibentangkan melahirkan efek bunyi yang sangat indah. Di situ ada unsur teateral pertunjukkan. Lalu, dari segi keutuhan penyajian juga menarik.

“Jadi tak hanya sebuah musikalisasi puisi, tetapi ada pertunjukan teater, sehingga menjadi sajian musikalisasi puisi yang lebih indah,” sebutnya.

Kostum dan properti yang dibawakan juga sangat menetukan garapan itu. Ini sebuah pertunjukan seni memakai propery itu sah-sah saja, asal tidak mengganggu penyajian saja.

“Kami mengapresiasi kreativitas peserta. Ada salah satu peserta membawa alat musik seperti kecapi itu sangat bagus. Di sana tidak yang saling meniadakan, sehingga semuanya saling mendukung. Bukan membawa musik jalan sendiri, sehingga tidak nyambung. Kami berharap kedepan bisa lebih memahami dari pada pengertian musikalisasi puisi itu. Musikalisasi puisi itu sebuah harmoni dari puisi dan karya musik menjadi sebuah lagu,” pungkas Mandala. (jco– andrew, gek sintya, yedija, manik, galang, lindya/bp)

Berita Terkait

Baca Juga
Close
Back to top button

Konten dilindungi!