Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

PuisiSastra

Puisi-Puisi Agus Salim Jombang

Ilustrasi: Ignatius Darmawan

 

Jas Merah

Dimanakah jas merah
Amanah Sang Proklamator
Lusuhkah, kotorkah
Atau kau tumpuk bersama cucian kotor

Mengapa jas merahmu
Engkau gantungkan di dada keangkuhan
Melangit menyentuh angkara
Menari di atas penderitaan tiada tara
Penuh kepalsuan hingga mengubah warnamu

Dimanakah jas merah
Jangan biarkan jatuh lusuh
Dicorat-coret penguasa angkuh
Basuhlah, bilaslah dengan mata air negeri
Agar esok anak-anakmu akan berdiri
dengan gagah dan berani

Sidoarjo, Juni 2022

 

Anak-anak Garuda Sejati

Kita bangsa berdaulat atas amanat Allah.
Negeri kita penuh wibawa dan bercahaya.
Kedaulatannya suram dan sirna:
mendung penjajahan dan modernisasi merenggutnya.

Anak-anak bangsa kehilangan marwah dan arah.
Bangga terhadap yang dianggap mewah dan mudah.
Anak-anak Nusantara berubah wajah.

Merah putih memudar suram: legam.
Budaya dan tradisi mengekor barat.
Peradaban gelap. “Anak polah bapa kepradah.”
Jangan biarkan ditikam sejarah.

Kita bangsa berdaulat atas anugrah Allah
Mari kembali pada kehidupan fitrah.
Bermartabat dengan budaya hebat.

Lihatlah ketangguhan dan kebersamaan anak bangsa.
Dengarlah suara musik dari bumi pertiwi, mendayu menyentuh hati:
menyematkan sejuta arti marwah diri.

Lihatlah: lentik jemari anak-anak negeri,
sorot mata tajam menatap masa depan,
dan lincah lompatan hadapi tantangan.
Anak-anak Nusantara kokoh dan mandiri.

Kami anak-anak negeri garuda sejati:
terbang mengarungi Nusantara,
penyulam kain peradaban bangsa,
dan meneguhkan jiwa kepahlawanan.

Mari mengokohkan jiwa kebangsaan.
Kibarkan merah putih di bumi pertiwi.

Sidoarjo, bulan merdeka 2022

 

Anakku, Perjuangan Tak Pernah Usai

Anakku, bukankah engkau tahu? Seperti yang telah diajarkan oleh gurumu tentang pahlawan bangsa. Mereka berjuang mengorbankan jiwa dan raga. Bukan untuk kepentingan diri mereka, tapi untuk harga diri dan marwah bangsanya.

Kini kemerdekaan telah menjadi milik kita. Bukan hanya untuk kita nikmati semata, tapi kita wajib berjuang untuk mempertahankan dan mengisi kemerdekaan bangsa. Perjuangan itu untuk kita, tapi untuk masa depan anak cucu penerus bangsa.

Anakku, bukankah engkau tahu? Seperti yang telah diceritakan oleh ibumu tentang kelahiranmu. Ia berjuang dalam persalinanmu. Ia siap mengorbankan jiwa dan raganya. Bukan untuk kepentingannya, tapi untuk kepentingan hidupmu.

Kini engkau telah tumbuh menjadi pemuda. Bukan hanya untuk engkau nikmati masa muda dengan berpesta pora, tapi engkau wajib untuk terus berjuang mempertahankan hidupmu dan warwah dirimu sebagai insan merdeka.

Anakku, bukankah engkau tahu, apa yang kumau? Aku pun tahu apa yang engkau mau. Tapi Allah Tuhan-ku dan Tuhan-mu Maha Tahu akan segala keinganan kita. Pada-Nya mari kita berserah diri dan terus berjuang sampai mati.

Isy-kariiman au mut syahiidan. Itulah kalimat yang masih terngiang saat mesiu meledak memekakkan telinga dan memipihkan semangat juang.
Anakku, sadarilah bahwa perjuangan tak pernah usai!

Sidoarjo, 01122022

 

BIODATA

Agus Salim Jombang adalah nama pena dari Agus Salim. Ia lahir di Jombang, Jawa Timur, 4 Agustus. Karya-karyanya antara lain Aku Rindu Aku Sujud (2016), Malam-malam Seribu Bulan (2016), Sebut Aku Debu (2019), Pantun Nasehat (2020), dan Pantun Mutiara Budaya (2020).

Ignatius Darmawan adalah lulusan Antropologi, Fakultas Sastra (kini FIB), Universitas Udayana, Bali. Sejak mahasiswa ia rajin menulis artikel dan mengadakan riset kecil-kecilan. Selain itu, ia gemar melukis dengan medium cat air. FB: Darmo Aja.

Berita Terkait

Back to top button

Konten dilindungi!