Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

Kesehatan

Kariyasa Adnyana: Metode Wolbachia 77 Persen Turunkan Kasus DBD di Yogyakarta

Tak Sepeser Pun Kuras APBN dan APBD Bali

PERCAYA PAKAR: Anggota Komisi IX DPR-RI dari Fraksi PDI Perjuangan, I Ketut Kariyasa Adnyana mengucapkan terima kasih karena para pakar dari Universitas Udayana dengan latar belakang akademik mumpuni ikut bersuara tentang metode Wolbachia yang memicu pro kontra di Bali.

 

DENPASAR, Balipolitika.com- 5 korban meninggal dunia di pembuka tahun 2023 sesuai catatan Dinas Kesehatan Provinsi Bali menunjukkan betapa mematikannya kasus demam berdarah.

Lebih-lebih, Pulau Dewata kini menghadapi musim pancaroba atau peralihan antara musim kemarau ke hujan. 

Sekadar data pembanding, pada Januari 2023 terjadi 939 kasus dengan 3 korban meninggal dunia, Februari 2023 terjadi 820 kasus dengan 1 korban meninggal dunia, dan Maret 2023 terjadi 710 kasus dengan 1 korban meninggal dunia. 

Jumlah kasus di 3 bulan pertama tahun 2023 yang dilaporkan ini tersebar di Kota Denpasar (781 kasus), Buleleng (369 kasus), Badung (305 kasus), Klungkung (231 kasus), Jembrana (210 kasus), Gianyar (196 kasus), Karangasem (156 kasus), Tabanan (154 kasus), dan Bangli (67 kasus).

Bukannya menurun, Dinas Kesehatan Provinsi Bali mencatat 6.428 kasus DBD hingga Oktober 2023. Dengan kata lain terjadi lonjakan kasus sebanyak 3.959 kasus dari 2.469 kasus DBD selama tiga bulan pertama tahun 2023.

Sayangnya, dalam kondisi kritis dan mengancam nyawa ini, metode Wolbachia yang telah diimplementasikan di 14 negara di seluruh dunia dan berhasil menekan angka kasus demam berdarah justru ditolak mentah-mentah di Bali. 

Menyikapi kondisi tersebut, Guru Besar Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. Pande Putu Januraga, S.Ked., M.Kes, DrPH, menerangkan metode wolbachia yang merupakan terobosan World Mosquito Program (WMP) yang telah diimplementasikan di 14 negara sejak tahun 2011, termasuk Indonesia.

“Metode wolbachia merupakan inovasi baru untuk mencegah kasus DBD terus bertambah, sehingga anak dan masyarakat terlindungi Bali dari DBD,” ungkap Prof. Januraga dalam dalam seminar bertajuk “Inisiatif Implementasi Metode Wolbachia di Bali: Peluang dan Tantangan” di Gedung FISIP Unud, Kamis, 30 November 2023.

Prof. Januraga meyakini metode Wolbachia sangat mampu menekan jumlah nyamuk DBD sehingga banyak nyawa yang bisa diselamatkan. 

Senada, dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat FK Unud, Dr. Sang Gede Purnama, SKM.,MSc., menerangkan nyamuk berwolbachia merupakan nyamuk baik dan banyak keuntungan yang didapat bagi kesehatan masyarakat.

Salah satu manfaat nyamuk berwolbachia adalah dapat mengendalikan penyebaran penyakit demam berdarah.

“Penggunaan Wolbachia merupakan salah satu inovasi yang menjanjikan dalam upaya mengurangi penyebaran DBD yang disebabkan oleh virus dengue,” ujarnya.

Sang Gede Purnama merinci manusia yang terkena gigitan nyamuk dengan wolbachia akan menurunkan tingkat penularan dari virus dengue melalui nyamuk ke manusia secara signifikan karena sistem kerja dari wolbachia yang menghambat replikasi virus dengue dalam tubuh nyamuk.

“Wolbachia aman bagi manusia, karena hanya hidup di sel serangga. Wolbachia tidak menyebabkan nyamuk menjadi lebih ganas sehingga tidak merubah sifat, fisik, perkembangan dan perilaku nyamuk,” imbuh Sang Gede Purnama.

Menyikapi kondisi pro kontra penerapan metode nyamuk berwolbachia di Bali, anggota Komisi IX DPR-RI dari Fraksi PDI Perjuangan, I Ketut Kariyasa Adnyana mengucapkan terima kasih karena para pakar dari Universitas Udayana yang memiliki latar belakang akademik mumpuni telah bersuara hingga masyarakat Bali akhirnya bisa teredukasi dengan maksimal.

“Seperti kasus Covid-19 kan banyak juga yang menolak adanya vaksin dan lain sebagainya, tapi akhirnya pandemi Covid-19 tuntas karena vaksinasi. Dan orang-orang yang menolak itu-itu saja. Seperti Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP. Cuma disayangkan kenapa di Bali ini ikut-ikutan? Kan seperti itu. Kasus DBD di Indonesia, khususnya di Bali cukup tinggi. Kasus meninggal dunia akibat DBD di Bali juga tinggi hingga informasi terakhir yang saya terima jumlahnya tembus 14 orang,” tandas I Ketut Kariyasa Adnyana, Jumat, 1 Desember 2023. 

Mengantisipasi musim pancaroba, I Ketut Kariyasa Adnyana mengaku sangat was-was mengingat lonjakan kasus DBD di Bali umumnya terjadi di awal tahun. Lebih-lebih implementasi metode Wolbachia di Kota Denpasar yang mencakup 4 kecamatan dan 24 desa/keluaran serta di Kabupaten Buleleng yang mencakup 9 kecamatan dan 55 desa/kelurahan yang sedianya dimulai minggu kedua bulan November 2023 mengalami penundaan akibat penolakan sejumlah pihak. 

“Uji coba acak berstandar paling utama tahun 2019-2021 di Yogyakarta menunjukkan metode Wolbachia 77 persen menurunkan kasus demam berdarah dengue (DBD) dan 86 persen menurunkan pasien rawat inap pada wilayah yang menerapkan metode Wolbachia,” tegas politisi jebolan Fakultas Pertanian Universitas Udayana tersebut. 

“Kegiatan ini didanai oleh Pemerintah Australia dan The Gillespie Family Foundation. Tak sepeser pun kuras APBN dan APBD Bali semata-mata sebagai bentuk kepedulian Pemerintah Australia karena banyak warga negaranya yang berlibur ke Bali. Masyarakat juga wajib mengetahui bahwa Implementasi metode Wolbachia ini juga diterapkan di 5 kota di Indonesia, yaitu Jakarta Barat, Bandung, Semarang, Kupang, dan Bontang. Semua kota tersebut antusias menerima program ini karena sudah terbukti menurunkan kasus DBD, sebaliknya hanya Provinsi Bali yang menolak,” terang I Ketut Kariyasa Adnyana. (bp) 

Berita Terkait

Back to top button

Konten dilindungi!