Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

Ekbis

Kaneshiro dan Prochiz Berbagi Kasih di Yayasan Remagi Bali

MISI KEMANUSIAAN: Bersinergi dengan Prochiz, Kaneshiro Bali menunjukkan kepedulian ini di Yayasan Cipta Bali Berbagi, Jalan Dewata, Gang Remagi No. 99R, Sidakarya, Denpasar, dalam acara bertajuk “Kaneshiro X Prochiz Berbagi Kasih”, Senin, 4 Maret 2024.

 

DENPASAR, Balipolitika.com- Tak hanya menjadi pelopor restoran pertama di Pulau Dewata yang ramah terhadap masyarakat tuli, Kaneshiro Bali yang beralamat di Jalan Cokroaminoto Nomor 48, Pemecutan Kaja, Denpasar Utara juga menunjukkan kepedulian nyata terhadap masalah kemanusiaan lainnya. 

Bersinergi dengan Prochiz, Kaneshiro Bali menunjukkan kepedulian ini di Yayasan Cipta Bali Berbagi, Jalan Dewata, Gang Remagi No. 99R, Sidakarya, Denpasar, dalam acara bertajuk “Kaneshiro X Prochiz Berbagi Kasih”, Senin, 4 Maret 2024.

Manager Outlet Kaneshiro AYCE Bali, Made Victor mengatakan sinergi dengan Prochiz dalam misi kemanusiaan di Yayasan Cipta Bali Berbagi tidak terlepas dari karma dan jodoh.

“Terima kasih banyak Prochiz telah ikut bersama kita berkolaborasi. Sinergi antara ‘Kaneshiro dan Prochiz Berbagi Kasih’ ini sebenarnya sudah berlangsung sejak tahun 2023 saat Kaneshiro bersama Bali Deaf Community dan Komunitas Tari Lara Jiva memperingati Hari Disabilitas Internasional tahun 2023. Kunjungan kami hari ini ke Yayasan Cipta Bali Berbagi atau Yayasan Remagi Bali dalam rangka keberlanjutan aksi sosial yang kami perjuangkan,” ucap Made Victor ditemui di lokasi acara. 

“Kali ini, momentumnya kami rangkai di bulan Februari dan awal Maret 2024. Bulan Februari seperti yang kita ketahui bersama identik dengan Hari Valentine atau Hari Kasih Sayang. Kaneshiro Bali hadir untuk menambah value dari Valentine. Jadi cinta kasih itu tidak hanya kita tunjukkan bagi pasangan masing-masing, melainkan juga mengasihi orang lain walaupun tidak ada hubungan darah sama sekali. Mari lihat di sekeliling kita! Banyak saudara-saudara kita yang membutuhkan bantuan,” tandas Made Victor sembari merinci jenis bantuan kemanusiaan yang disalurkan Kaneshiro dan Prochiz berupa beras, susu uht, telur, dan minyak goreng.

Tak hanya itu, para karyawan Kaneshiro Bali juga ikut menyisihkan penghasilannya dan bersedekah kepada warga kurang beruntung yang berkat donasi “orang-orang baik” bisa tinggal di rumah singgah Yayasan Remagi Bali.

“Kami juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada pelanggan setia Kaneshiro Bali yang ikut berdonasi. Ada juga yang membuat konten untuk didonasikan. Saya mewakili Kaneshiro Bali mengucapkan terima kasih. Sedikit uluran tangan kita sangat besar artinya bagi saudara-saudara kita yang membutuhkan,” ungkap Made Victor. 

Senada, Supervisor Prochiz Area Bali, I Gusti Putu Juliartha mengatakan menghadirkan senyuman merupakan visi hadirnya Prochiz di Indonesia. 

Untuk itu ia berharap Kaneshiro X Prochiz Berbagi Kasih” memberi manfaat dan senyuman khususnya bagi masyarakat kurang beruntung yang bernaung di Yayasan Cipta Bali Berbagi. 

“Kita tidak bisa menutup mata terhadap kondisi saat ini. Kita harus membantu sesama. Semoga tidak terputus sampai di sini. Mudah-mudahan ke depan bisa terus berlanjut dan bisa lebih baik lagi,” ungkap I Gusti Putu Juliartha sekaligus menjelaskan Yayasan Cipta Bali Berbagi dipilih sebagai lokasi aksi sosial karena sangat tepat sasaran. 

Imbuhnya, Prochiz adalah merek keju nomor 1 di Indonesia yang saat ini berjuang memasyarakatkan keju dan mengkejukan masyarakat. 

“Kami berfokus pada kepuasan konsumen untuk membawa kenikmatan dengan senyuman,” tandas I Gusti Putu Juliartha sembari menyebut Prochiz memproduksi berbagai jenis produk keju cheddar olahan, termasuk Prochiz Cheddar, Prochiz Gold Cheddar, Prochiz Spready, Prochiz Quick Melt, Prochiz Cheddar Slice, Prochiz Gold Slice, dan Prochiz Mayo! Salad dressing.

Di sisi lain, Ketua Yayasan Cipta Bali Berbagi, I Ketut Suanira mengucapkan terima kasih atas acara kemanusiaan “Kaneshiro X Prochiz Berbagi Kasih”. 

“Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Kaneshiro dan Prochiz yang sudah berkenan berbagi. Sesuatu yang luar biasa; sesuai dengan misi kemanusiaan kami yakni mengembalikan kembali kepedulian Semeton Bali atau masyarakat pada sesamanya. Hari ini Kaneshiro dan Prochiz sudah memulai. Semoga makin banyak perusahaan-perusahaan dan donatur yang berkenan berbagi,” ucap pria yang sehari-hari bekerja sebagai tour guide berbahasa Jepang itu. 

I Ketut Suanira menjelaskan Yayasan Remagi Bali adalah badan hukum dari komunitas sosial Relawan Mari Berbagi (REMAGI) dengan anggota yang memiliki pemahaman yang sama tentang sikap peduli sesama, membantu dengan rasa ikhlas tanpa pamrih, bergerak menularkan virus berbagi ke segala lini masyarakat.

“Yayasan Remagi Bali ini menaungi klinik fisioterapi, rumah singgah di Denpasar dan Singaraja yang dihuni dua orang tuna netra. Rumah singgah di Denpasar merupakan persinggahan sementara bagi 6 anak thalasemia yang rutin cuci darah di RS Sanglah,” ungkap I Ketut Suanira.

Thalasemia jelas I Ketut Suanira adalah kelainan darah bawaan yang ditandai oleh kurangnya protein pembawa oksigen (hemoglobin) dan jumlah sel darah merah dalam tubuh yang kurang dari normal. Gejala termasuk kelelahan, kelemahan, pucat, dan pertumbuhan yang lambat.

“Pasien thalasemia, sumsum tulang belakangnya tidak bisa memproduksi sel darah merah sehingga pasien harus rutin cuci darah. Setiap bulan agar hemoglobin darahnya stabil ya harus transfusi,” tambahnya. 

Keberadaan rumah singgah yang biaya kontrakannya selama 10 tahun ditanggung oleh Ni Luh Putu Ary Pertami Djelantik atau yang lebih dikenal dengan nama Niluh Djelantik ungkap I Ketut Suanira sangat bermanfaat bagi para pasien thalasemia terutama saat terjadi kelangkaan darah di rumah sakit. 

Jika kondisi itu terjadi, kerapkali pasien thalasemia dan keluarganya yang berasal dari jauh –salah satunya asal Melaya, Jembrana– harus menginap lebih lama di rumah singgah Yayasan Remagi Bali, Jalan Dewata, Gang Remagi No. 99R, Sidakarya, Denpasar.

“Di sini juga ada rumah lansia. Kami bekerja sama dengan Kita Bisa menggalang dana kemudian kami buatkan sebuah rumah sederhana berjumlah 5 kamar. Saat ini 3 kamar dihuni oleh I Gusti Sujendra, tuna netra dengan 3 anak. Kemudian Ibu Napsani dengan 2 anak, pemulung dari Jember. Satu lagi dihuni Ibu Mariani dengan 2 anak, yaitu tuna netra dan lumpuh,” urai I Ketut Suanira. 

Guna memutus nasib buruk warga kurang beruntung ini,  I Ketut Suanira menyebut Yayasan Cipta Bali Berbagi menyekolahkan anak-anak mereka. 

“Kami selalu berpegang kepada media. Mungkin salah satu yayasan yang benar-benar open adalah kami. Kami semua open mulai laporan pajak, donasi, pakaian layak pakai, donasi tunai, semua bisa dilihat khalayak di media (media online khusus yayasan, red). Kami upload di media karena ingin transparan kepada publik. Jadi setiap orang bisa menjawab pertanyaan benarkah sembako kami sudah sampai ke tangan yang tepat. Kedua, menginspirasi orang lain untuk setidaknya melakukan hal kecil. Kami berharap kepada seluruh masyarakat Bali, tidak peduli apapun agamamu, apapun sukumu, mari kita bahu-membahu saling berbagi kepada sesama karena sesuai dengan konsep hukum alam: memberi pasti menerima, sharing is caring,” ungkap I Ketut Suanira yang pernah 7 tahun merantau di Negeri Sakura, Jepang. (bp/ken)

Berita Terkait

Baca Juga
Close
Back to top button

Konten dilindungi!