Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

ADAT DAN BUDAYA

Isu Mushola Jadi Pakrimik Warga Besakih

ISU SANTER: Sejumlah warga mengaku resah dan mempertanyakan bagaimana Besakih ke depannya jika di kawasan yang sangat sakral justru dibangun sebuah mushola.

 

KARANGASEM, Balipolitika.com Apakah Kabupaten Karangasem benar-benar memasuki era baru? Apakah era baru ini salah satunya ditandai dengan hadirnya mushola, yakni ruang selain masjid yang terutama digunakan untuk ibadah salat dalam agama Islam di Kawasan Suci Pura Besakih?

Isu inilah yang sedang santer dibahas di media sosial dan menjadi pergunjingan warga setempat. Meski demikian konon proyek ini terus berjalan seiring penataan kawasan Pura Besakih.

Menarik diketahui, tak hanya mushola, lamban laun hotel berbintang dan karaoke serta bar juga diduga akan dibangun.

Belum diketahui kebenaran pasti dari rencana pembangunan dimaksud, namun netizen telah menulisnya terang-benderang dan mengaku pasrah karena hanya bisa koar-koar di grup WA.

Terkait hal ini warga mengaku resah dan mempertanyakan bagaimana Besakih ke depannya jika hal yang sangat sakral diubah sedemikian rupa.

Nggih betul nika. Sekadi ring Besakih pembangunan nike. Sampun kocap di tengah proyek mushola. Lambat laun hotel berbintang lan karaoke. Bar dilanjutkan hiburan malam. Terus bagaimana ke depannya Besakih nggih jika hal sangat sakral diubah? Apakah yakin kesakralannya masih utuh?” tulis seorang warga adat setempat.

Proyek tersebut disebut masih dalam pengerjaan. “Ya sampai sekarang terus berjalan, Pak. Kita orang kecil bagaimana Pak. Paling hanya bisa koar-koar di Grup WA. Dari dulu sampai sekarang nggak juga digubris, Pak,” ungkapnya.

Ditambahkan bahwa Jero Mangku dan Bendesa Adat setempat menyetujui adanya KSPN. “Karena sudah ada MoU mau bilang apa? Yang penting semua licin. Dulu sebelum membanbun saya sudah pernah menghadap Bapak Wakil Bupati sekarang. Sebelum banyak yang ikut, setelah hari H hanya 3 bija menghadap, saya, Jero Mangku Sumendera, dan Pak Wayan Belog. Jadi saya sampaikan Besakih sangat sakral dan itu sudah diakui dunia. Kenapa harus ada pemindahan pura seperti Pura Titi Gonggang karena zaman dulu Beliau membangun pura-pura di sana dengan Jnana, meditasi, atau dapat wangsit. Sekarang ada diubah, apakah pura-pura itu sama seperti dulu? Yang jelas dengan perubahan aura pura juga lain dan dalam sekalian lama proyek berjalan sudah banyak makan korban. Apakah disebabkan hal atau ada hal lain itu tiang tidak tahu Pak, tapi terkait masalah pura, saya sangat tidak setuju diubah tempat dan segalanya. Karena itu warisan leluhur kita. Kita hanya bisa memelihara, melestarikan, dan mempertahankan. Namun dengan situasi globalisasi sekarang semua bisa berubah. Yang penting ikut di sana semua dapat mandi basah,” bebernya.

“Kok tidak protes, kenapa diberikan jalan di areal seribu pura ada terselip satu mushola dan kemungkinan menjadi cikal bakal masjid besar di sekitar Besakih?” keluh warga. (bp)

Berita Terkait

Back to top button

Konten dilindungi!