Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

Pemerintahan

Tolak Jembatan Jawa-Bali 

Koster-Jaya Negara Mendem Pedagingan di Pura Dang Kahyangan Payogan Agung Segara Rupek

NILAI KONTRAK 5,9 M: Gubernur Bali, Wayan Koster didampingi Pengrajeg Karya, IGN Jaya Negara bubuhkan tanda tangan di atas prasasti di Pura Dang Kahyangan Payogan Agung Segara Rupek, Selasa, 28 Juni 2022.

 

BULELENG, Balipolitika.com- Gubernur Bali, Wayan Koster hadiri Upacara Melaspas, Mendem Pedagingan, Ngenteg Linggih, dan Pedudusan Alit di Pura Dang Kahyangan Payogan Agung Segara Rupek Desa Sumberklampok, Kecamatan Gerokgak, Buleleng pada Rahina Tilem Sadha, Selasa Anggara Kliwon, Medangsia (28/6).

Prosesi ini dilakukan bersama Pengrajeg Karya sekaligus Walikota Denpasar, IGN Jaya Negara, Bupati Buleleng, Putu Agus Suradnyana, dan Bupati Jembrana, Nengah Tamba.

Upacara Melaspas, Mendem Pedagingan, Ngenteg Linggih, dan Pedudusan Alit di Pura Dang Kahyangan Payogan Agung Segara Rupek terlaksana berkat dukungan penuh Koster dengan memberikan program Pemugaran Beji dan Pura Payogan Agung Segara Rupek dengan nilai kontrak Rp 5,9 Miliar lebih.

Dalam sambutannya, Koster menceritakan saat bertugas di DPR RI Fraksi PDI Perjuangan selama 3 periode ia menyempatkan waktu melakukan persembahyangan di Pura Segara Rupek seraya mendengarkan sejarah pura ini dari sang istri (Ny. Putri Suastini Koster, red) yang menceritakan Ida Bhatara Mpu Siddimantera sedang beryoga semedi di tempat suci ini ke hadapan Hyang Siwa hingga Beliau dengan kesaktiannya menorehkan tongkatnya sebanyak tiga kali ke tanah dan memisahkan Jawa dan Bali.

“Kemudian astungkara, titiang menjadi Gubernur Bali dan dilantik pada 5 September 2018. Begitu dilantik menjadi Gubernur Bali, Menteri PUPR Republik Indonesia kemudian menelepon saya dengan memiliki keinginan untuk meneruskan rencana pembangunan jembatan yang menghubungkan Bali dan Jawa. Secara spontan saya langsung menjawab ke Bapak Menteri dengan menyatakan tidak boleh Pak meneruskan rencana pembangunan jembatan ini dengan memperhatikan aspek sejarah yang sangat spiritual dan sifatnya sangat sakral dan tidak bisa saya langgar. Saat itu juga saya memohon maaf kepada Bapak Menteri untuk tidak meneruskan pembangunan jembatan ini,” kenangnya.

Lebih lanjut orang nomor satu di Pemprov ini menceritakan di masa pandemi Covid-19 kembali melakukan persembahyangan keliling Pulau Bali, termasuk di Pura Segara Rupek.

Namun sebelum sembahyang ke tempat suci yang berada di tengah kawasan hutan lindung Taman Nasional Bali Barat (TNBB) seluas 19.002,89 Ha tersebut, Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Bali ini terlebih dahulu disarankan agar melakukan persembahyangan di Pura Dang Kahyangan Payogan Agung Segara Rupek.

Begitu masuk Pura Payogan Agung Segara Rupek, Wayan Koster terenyuh melihat pelinggih-nya dalam kondisi tidak terawat dan memadai.

“Karena saya meyakini di pura ini sangat penting dan memiliki nilai sejarah, maka usai bersembahyang saya dengan yakin menyatakan Pura Dang Kahyangan Payogan Agung Segara Rupek harus dibangun termasuk jalannya,” ujarnya.

Koster menceritakan pada saat sembahyang ada suara merdu burung titiran yang begitu lama. Atas hal inilah ia meyakini niat baik tersebut direstui oleh Hyang Widhi Wasa.

“Saat itu juga saya menelepon Bapak Jaya Negara yang masih menjabat sebagai Wakil Walikota Denpasar dengan menyatakan pembangunan Pura ini menjadi tanggung jawab Pemerintah Provinsi Bali sebagai wujud nyata untuk memuliakan keluhuran Ida Bhatara Mpu Siddimantera,” sambungnya.

Atas program Pemugaran Beji dan Pura Payogan Agung Segara Rupek, Koster mengaku selalu mendapat kemudahan jalan untuk membangun Program Pelindungan Kawasan Suci Pura Agung Besakih dengan menugaskan arsitek Bali, Popo Danes untuk mendesain program tersebut dengan hasil dilancarkan.

Bahkan desainnya juga digratiskan dengan jiwa ngayah.

Astungkara Pura Dang Kahyangan Payogan Agung Segara Rupek sekarang sudah terbangun. Saya memaknai pura ini dengan posisinya yang sangat strategis sebagai tempat suci yang memiliki spirit niskala untuk menjaga Pulau Dewata. Untuk itulah ke depan, jangan sampai ada Gubernur Bali yang terjebak oleh rayuan untuk membuat jembatan Jawa-Bali. Jadi kita harus jaga betul spirit Beliau. Kemudian untuk menjaga kelestarian tempat suci ini, saya sedang menyiapkan Peraturan Gubernur Bali untuk melestarikan Pura Sad Kahyangan seluruh Bali, sehingga peran pemerintah Provinsi Bali akan terus hadir memberikan upaya-upaya pelestarian,” jelasnya.

Sebelum menandatangani prasasti, Koster mengajak Pasemetonan Catur Warga (Arya Wang Bang Pinatih, Arya Wang Bang Sidemen, Arya Wang Bang Wayabya, dan Sira Agra Manikan, red) untuk guyub dengan sama-sama dapat ngrastiti bhakti membangun Bali sesuai visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana menuju Bali Era Baru.

Sementara itu, Pengrajeg Karya, IGN Jaya Negara mengucapkan terima kasih kepada Gubernur Koster atas bantuan yang diberikannya.

“Ini wujud bhakti kita semua kepada Ida Bhatara. Semoga Bapak Gubernur Bali senantiasa diberikan kesuksesan dan kesehatan dalam menjalankan swadharma-nya di Jagad Bali, dan krama Bali selalu diberikan kedamaian dan kerahayuan,” tutupnya. (bp)

Berita Terkait

Back to top button

Konten dilindungi!