Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

PuisiSastra

PUISI-PUISI JAMALUDIN GmSas  

Iustrasi: Bonk Ava
 

 

Riwayat Puisi yang Melarikan Diri

Di bawah sorot lampu jalan
ada penyair yang sedang berjalan
mencari-cari jawaban mengapa
puisinya hilang sebelum sempat
ia buatkan batu nisan.

Lalu di depan toko buku
ada puisi yang sedang duduk
menangis seperti kesakitan.
Ia terlihat renyuk dan dekil.
Katanya, ia kabur sebelum
sempat dimandikan oleh si empunya.

Penyair yang sedari tadi
sibuk menyisir setiap jalan
menyempatkan waktu untuk
menghampiri puisi itu,

Kamu kenapa? tubuhmu kumal,
bau, dan banyak kosa kata
yang belum dimandikan.
Maukah kau kumandikan
dan kudandani dengan
diksi-diksi yang wangi
dan langka untuk dijumpai?

Puisi itu hanya diam dan memandangi
jeli dari kaki sampai ubun-ubun penyair.
Melihat perut dan pipi penyair yang kempis,
puisi itu lari tunggang-langgang
seperti habis melihat setan.
Penyair itu hanya bingung memandangi
puisi yang lari makin jauh.

Berdasarkan kabar burung,
puisi itu bekas pelacur
yang melarikan diri dari
rumah prostitusi karena
dipaksa berdandan
sesuai keinginan pasar.

Al-Ikhsan, 2020

 

Tentang Chairil
: Sia-Sia

Pada hari itu, aku berdiri di depan pintu
rumah yang sangat asing, tapi terasa penting
untuk diketuk. Di pelataran rumah itu
ada banyak sekali taburan mawar merah
dan melati putih seperti habis diadakannya
sebuah perayaan hari lahir dan kematian
yang digabung jadi satu letupan puisi.

Tok, tok, tok! aku mulai mengetuk
sampai tiba-tiba pintu itu terbuka dan—
Sssttt! Jangan keras-keras kauketuk
pintu ini, ada kesepian yang tak boleh
sedikit pun hilang dari muka bumi,
seru suara samar entah siapa.

Kata orang-orang sekitar, rumah itu
adalah bekas rumah hantu yang hantunya
sudah pada mati karena dikoyak-koyak
sepi dan suara yang melarangku berisik
itu adalah “si(s)a-si(s)a” doa chairil
yang belum sempat ia akhiri.

Al-Ikhsan, 2020

 

Hujan Bulan Juli
: Sapardi Djoko Damono

/1/
Ada daun yang tiba-tiba tanggal
di antara hiruk-pikuknya huruf
dan kata yang sedang berusaha
menerobos dinding-dinding keabadian.

Walau tak menyalahkan angin,
ia tetap gugur dan mengering dan
membusuk dan diserap oleh akar-akar
yang masih selalu lapar dan haus.

/2/
Sepertinya masih ada matamu yang masih menemani,
menyiasati, dan yang tak pernah letih mencari apa dan
siapa saja yang memang benar-benar serius untuk
menyalakan api puisi yang sudah semestinya tak boleh mati.

/3/
Memang, hanya dada Junimu, Tuan, yang mampu
menampung segala hujan-hujan kesedihan dengan
begitu arif, bijak, dan tabah, walau pada akhirnya–
“yang fana adalah Juli, bukan?” tanya waktu. Juni abadi.

Al-Ikhsan, 2020

 

Melihat Kesendirian Eyang

Laki-laki juni itu sudah tidur di sudut ruang paling lengang—
yang oleh kaki-kaki pendaki, terjal untuk disambang.
Tak perlu khawatir bahwa ia akan kedinginan menanggung sepi,
karena sebelum berangkat tidur ke hadirat sunyi,
Sapardi sudah terlebih dahulu memakai jaket puisi
yang gambarnya mirip sekali dengan hujan di bulan juni.

Al-Ikhsan, 2020

 

Bayang-Bayang Sapardi

Wajahmu yang senja,
kini terbenam di cakrawala.
Wajahku yang manja,
kini termenung menahan lara.

Bibirmu yang merona,
kini diam tak muncul kata.
Bibirku yang merana,
kini dawam menasbih doa.

Dadamu yang samudra,
kini terbentang di ribuan sukma.
Dadaku yang beranda,
hanya tempat ‘tuk nengok dunia.

Sapardi! Apa maksudmu “selamat tinggal!”?
Aku sedang memaki-maki matahari,
mengapa membiarkan bayanganmu hilang
meski kalian tak pernah bertengkar?

Al-Ikhsan, 2020

 

BIODATA

JAMALUDIN GmSas adalah nama pena dari Jamaludin. Lahir di Pemalang, 20 Juli. Ia adalah mahasiswa pascasarjana UIN SAIZU Purwokerto sekaligus santri di Pondok Pesantren Al Ikhsan Beji, Banyumas. Laki-laki pecinta kopi ini puisi-puisinya pernah disiarkan di laman: Koran Tempo, NusaBali, Pos Bali, Medan Pos, Tanjungpinang Pos, Fajar Makasar, Radar Banyumas, Radar Cirebon, Radar Pekalongan, Harian Sinar Indonesia Baru, sabah360online Malaysia, LP Maarif NU Jateng, langgampustaka.com, suarabanyumas, riausastra.com, Metafor.id, lensasastra.id, Marewai, Kami Anak Pantai, dan lain-lain. Tersebar juga di beberapa antologi bersama. Ia juga pernah menjadi juara 2 pada Lomba Cipta Puisi Nasional yang diselenggarakan oleh Catatan Pena (2021). Facebook: Jamaludin GmSas.Instagram:@jamaludin-gmsas.

Berita Terkait

Baca Juga
Close
Back to top button

Konten dilindungi!