Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

PuisiSastra

Puisi-Puisi Chris Triwarseno

Ilustrasi: Gede Gunada

 

Kayu Mastaba, Ajal Satria Berjubah Bintang
: Gathotkaca

Di antara awan-awan berselubung pekat
Aku melesat di angkasa, serupa kilat
Kupandangi amarah membumbung asap
Jiwa-jiwa dalam ratap, mengalirkan luka
Tangis, darah dan dendam
Seteru pandawa-kurawa, bharatayudha

Narada membincang takdirku
Kayu mastaba, pembungkus kontawijaya
Memotong tali pusarku, menubuh digdaya
Otot kawat tulang besi, satria dewa
Kutebar gigil derap pasukan berkuda
Menjadi serpihan debu, narantaka melumatnya
Dari ketinggian langit, kurujah maut

Kulihat karna, menuntun ajalku serupa
Gegas gandewa, memburu kekasihnya
Warangka kayu mastaba, dalam tubuh
Berjubah bintang ini
Senyum kalabendana, membersamaiku
Wewangian empat belas dupa, menuju suralaya

Ungaran, Mei 2022

 

Telapak Kaki Kematian di Bharatayudha
: Antareja

Sisik-sisik di tubuhku, seperti perisai
Napakawaca, tak tersentuh angkara rupa
Kematian sekalipun, kurebah dalam tanah
Mustikabumi serupa nyawa dalam cincin
Menghidupkan, di luar takdir
Dalam lidahku, kusimpan maut
Jilat upas anta, seratus kurawa terenggut
Di dasar bumi, kunanti bharatayudha
Kurajah setiap jengkal tanah, meniris darah
Seisi Hastinapura, terkubur nista

Kutunduk cipta, jiwa raga dalam tapa
Wangi wijayakusuma, menebar sabda
Titisan Wisnu, menetap kodrat jagat
Jalan sunyi kutempuh, pengorbanan
Tabuk tawur, persembahan kemenangan
Kemuliaan leluhurku, pandawa
Kujilat telapak kaki kematianku
Menjejak pintu swarga loka
Dalam kitab Jitabsara, namaku tertulis
Antareja.

Ungaran, Mei 2022

 

Racun Api Kebenaran
: Wisanggeni

Kawah Candradimuka, menyulutku
Api menubuh, bergegas membakar
Seisi Gunung Jamurdipa
Serupa kahyangan
Dan mayapada yang ingkar
Amarah Brahma, penguasa dewa api
Berkarma rupa, racun api kebenaran
Menyala-nyala dalam dharma

Setiap ucapku, membebas kasta
Angkuh tanpa krama, selain Sanghyang Wenang
Kuseru keberanian, tanpa tanding
Dalam darahku, kejujuran tak berujung
Setiap jejakku, keadilan tanpa selubung
Di keheningan, kubenamkan apiku
Menuju keabadian, panji kemenangan kurusetra
Melesak ke langit malam
Pulung api berkobar, Wisanggeni

Ungaran, Mei 2022

 

Moksa, Jalan Sunyi Satria Kisiknarmada
: Antasena

Di dasar samudera, pertapaan kisiknarmada
Kuselami jiwaku sendiri, meluruh batin
Menanggalkan ke-aku-an, dalam hakekat
Kesejatian hidup, membincang laku
Sang Hyang Antaboga, menghanyutkanku
Dalam kembara tetirah

Kuseru pasukan ikan, mencipta Serayu
Menembus Gangga, sebuah kesucian
Setiap keheningan, restu ibu menabur anugerah
Serupa telabang ampuh, di sekujur tubuh
Penuh sisik udang, sepertimu
Sengat sungut pun, menghidup-matikan
Maut tercerabut, dalam liur berbisaku
Kurusetra, kutabur kemenangan
Sumpah bakti, untuk leluhur amarta

Sang Hyang Jatiwisesa, raja dewa bertitah
Setiap tatapnya, sabda-sabda terucap
Menetap di jiwaku, serasa mantra
Membawa menuju cahaya
Memusat pada sebuah titik
Aku berpendar musnah, moksa
Demi kejayaan pandawa
Cupu Madusena pun, tak berdaya
Menghidupkan takdir
Meskipun kurebah dalam samudera
Sumber kekalku
Lirih kudengar, tembang megatruh
Di antara gelombang pasang, menepi
Menuju pusaran jagad, kesempurnaan.

Ungaran, Mei 2022

 

Tiwikrama, Lecut Amarah
: Kresna

Dalam didih, lecut amarah
Kugetar alun-alun hastinapura
Aku serupa danawa, membesar jabal
Sekujurku membara api, menyala-nyala
Seketika bentala berguncang, gelegar
Semua tuah pusaka, dalam genggam

Wisnu menitis tubuhku, tiwikrama
Sedia melumat seisi istana, murka
Seratus anak gandari, dusta
Serakah atas kuasa, menabuh perang
Kelak di tanah kuru
Mengubur tulah

Bathara Dharma, meluruhku
Dalam serunya, “Setiap hidup menutur kisah,
karma lakunya sendiri”
Brahala meruap, mewujudku kembali
Kresna

Ungaran, Mei 2022

 

=======================

Chris Triwarseno, S.T. , lahir di Karanganyar, 14 Februari . Alumi Teknik Geodesi UGM. Seorang karyawan swasta yang tinggal di Ungaran, Semarang. Penulis buku puisi Bait-bait Pujangga Sepi, aktif di beberapa komunitas literasi, beberapa karyanya diterbitkan oleh beberapa media seperti : Suara Merdeka, nongkrong.co (puisi pilihan redaksi – Bulan April 2022), nadariau.com, riausastra.com, negerikertas.com, Arahbatin.com dan lpmpjateng.go.id. Karyanya tergabung dalam antologi puisi Alam Sejati (Editor : Nia Samsihono, Pengantar : Eka Budianta). Pemenang Lomba Puisi Cinta di kanal youtube Yuditeha – kategori 10 puisi peringkat kedua. Menulis resensi “Tetirah Puisi Bertitimangsa hingga Pandemi” diterbitkan oleh nongkrong.co . Penerima apresiasi penulis puisi dengan pembaca terbanyak dari negerikertas.com
Facebook – Chris Triwarseno
Instagram – christriwarseno

Gede Gunada lahir di Desa Ababi, Karangasem, Bali, 11 April 1979. Ia menempuh pendidikan seni di SMSR Negeri Denpasar. Sejak 1995 ia banyak terlibat dalam pameran bersama, antara lain: Pameran Kelompok Komunitas Lempuyang di Hilton Hotel, Surabaya (1999), Pameran “Sensitive” Komunitas Lempuyang di Danes Art Veranda, Denpasar (2006). Ia pernah meraih penghargaan Karya Lukis Terbaik 2002 dalam Lomba Melukis “Seni itu Damai” di Sanur, Bali; Karya Lukis Kaligrafi Terbaik 2009 dalam Lomba Melukis Kaligrafi se-Indonesia di kampus UNHI Denpasar.

Berita Terkait

Baca Juga
Close
Back to top button

Konten dilindungi!