Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

Politik

Karena Tidak Pilih Ganjar, Seorang Ayah Coret Anaknya dari KK

Anaknya Pilih Prabowo

BEDA PILIHAN: Seorang wanita 41 tahun berinisial M, dicoret dari KK oleh ayahnya karena beda pilihan politik. 

 

 

JAKARTA, Balipolitika.com- Masa pemungutan suara Pilpres 2024 sudah berakhir.

Namun, perdebatan yang dilatari perbedaan pilihan capres cawapres masih terjadi.

Seperti yang dialami wanita 41 tahun berinisial M.

Warga Bekasi Jawa Barat ini tak lagi dianggap anak oleh ayahnya.

M menceritakan, sang ayah merupakan pendukung fanatik pasangan capres cawapres nomor urut 3 Ganjar Pranowo – Mahfud MD.

Sementara, M mendukung pasangan nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

Pada Desember 2023, M mengunggah dukungannya terhadap Prabowo-Gibran di Facebook.

“Pas saya menyatakan dukung Prabowo bulan Desember, langsung itu saya dibilang ‘dicoret dari KK’ karena bokap pendukung Ganjar garis keras.

Dia enggak terima anaknya dukung Prabowo,” ujar M saat berbincang, Jumat 16 Februari 2024.

Diksi kalimat “dicoret dari KK” dari sang ayahanda bukan dalam artian sebenarnya, melainkan sudah tak lagi dianggap anak.

M berkata, kata-kata dirinya tak lagi dianggap anak ditulis sang ayah di dalam kolom komentar unggahannya.

“Dia bilang, ‘kamu kalau dukung Prabowo, minta makan siang saja sama Prabowo.

Kamu bukan anak saya lagi’. Digituin,” tutur M yang sudah tidak tinggal bersama dengan sang ayah.

M yang berprofesi sebagai pedagang makanan daring ini menyesalkan peristiwa yang terjadi antara ia dengan ayahnya.

Ia tak menyangka perbedaan pilihan capres bisa sampai memutus hubungan keluarga, apalagi sedarah.

Sebelum dirinya tidak lagi dianggap anak, M dan sang ayah sering adu argumentasi terkait masalah pemilihan calon presiden.

Respons sang ayah sempat membuat keluarga besarnya turun tangan.

Beberapa orang saudara mendekati ayah M dan membujuknya untuk tak bersikap keras terhadap M.

Namun, hingga usai pencoblosan, Y masih tidak mau berdamai dengan M.

M sendiri masih mencoba menghubungi sang ayah, meski sang ayah belum meresponsnya.

“Aku berharap bokap mendukung keputusanku bahwa yang kudukung adalah paslon berbeda dari dia.

Jangan karena politik kami jadi terpisah,” ujar M.(bp/luc)

 

Berita Terkait

Back to top button

Konten dilindungi!