Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

Politik

Bima Nata Sponsori Lomba Mejangka dan Ngibing Joged Bumbung

MENUJU KURSI DEWAN: Putra Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta, Bima Nata berfoto bersama peserta Lomba Olahraga Tradisional Mejangka dan Ngibing Joged Bumbung di kediaman pribadi Bupati Badung, Desa Pelaga, Minggu, 19 Juni 2022.

 

 

BADUNG.Balipolitika.com– Olahraga Tradisional Mejangka dan Ngibing Joged Bumbung menjadi suguhan berbeda di hari suci Umanis Kuningan, Minggu, 19 Juni 2022.

Acara ini disponsori langsung oleh Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta dan Bima Nata dan digelar di kediaman pribadi Bupati Badung, Desa Pelaga.

Kehadiran para peserta panco di ajang tersebut memiliki keistimewaan sendiri sebab hanya dibagi menjadi 2 kelompok umur saja, yaitu mulai dari usia 40-50 tahun dan 50-60 tahun yang bisa diikuti oleh siapa saja.

Lomba ini berbarengan dengan open house di kediaman pribadi Giri Prasta.

Pemenang lomba masing-masing kategori mendapat hadiah yang terbilang besar.

Juara 1 Rp 5 juta, Juara 2 Rp 3,5 juta, Juara 3 Rp 2,5 juta.

Selain itu, seluruh peserta mejangka dan ngibing joged bumbung mendapatkan masing-masing Rp 250 ribu.

Di akhir acara, Giri Prasta juga memberikan dana bantuan pribadi kepada penabuh sebesar Rp 2,5 juta dan Rp 500 ribu kepada masing-masing penari joged bumbung.

Turut hadir anggota DPRD Badung I Gusti Lanang Umbara, Ketua Persatuan Olahraga Gulat Tangan Indonesia (POGTI) Armwrestling Provinsi Bali, Ida Bagus Putu Sudiarta, tokoh masyarakat, dan undangan lainnya.

Terkait lomba pelestarian tari tradisional ngibing joged bumbung dan olahraga mejangka ini, Giri Prasta menyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada Bima Nata sebagai sponsor.

Ucapan yang sama juga ditujukan kepada para peserta.

Giri Prasta merasa bangga terhadap tokoh-tokoh berumur di atas 50 tahun yang sangat antusias mengikuti lomba.

Jelasnya mejangka bukan untuk menunjukkan dan memamerkan kekuatan, tetapi sebagai bentuk edukasi terutama kepada generasi milenial, kepada sekaa truna, bahwa tingkat kerawanan hidup itu sampai umur 50 tahun.

Kalau sudah bisa melampaui umur 50 tahun, astungkara akan bisa lebih kuat lagi.

“Sekaligus kita tunjukkan sekali pun kita sudah di atas 50 tahun kita masih kuat. Saya tekankan keputusan wasit, juri, dan pengawas nanti itu keputusan mutlak. Kejuaraan panco ini jangan sampai dipakai untuk hal- hal yang tidak baik atau negatif, tetapi diarahkan ke hal positif karena kita masih saudara dan kita harus junjung tinggi sportivitas. Kita adakan perlombaan ini bagi kawan-kawan yang suka nge-gym untuk mau bergabung di olahraga gulat tangan ini. Di dalam tubuh yang kuat terdapat jiwa yang sehat,” ujarnya. (lit/bp)

Berita Terkait

Baca Juga
Close
Back to top button

Konten dilindungi!