Ilustrasi: Gede Gunada
Apa Kabar ?
hai, apa kabar?
ke mana saja hari ini berselancar?
rutinitas yang getas:
gawai di tangan pikiran jauh terbang
ke angkasa sia-sia
meluapkan angan melupakan jalan pulang
raga telah purba
lalu, sunyi berkabar ingar
kanal media sosial dahsyat bergetar
: tersiar kabar ia dicakar gawai
senyum getir tak kan usai
Wisma_Aksara, 2020-2021
Kucing dan Harimau
di negeri antah, kucing dan harimau tak bisa dibedakan.
apalagi di masa pandemi: keduanya sering tertukar kandang.
ini berawal dari tayangan youtube amatiran, yang mengabarkan:
“jangan khawatir, bangsa kita kebal corona.
sebab, tiap hari gemar makan nasi kucing.”
kucing-kucing pun naik panggung. sementara sang harimau
mendengkur nyenyak di kandang kucing, hingga lupa
cara mengaum.
Wisma_Aksara, 2020
Kekasih Sunyi
-umbu landu paranggi
kau yang singgah di hati
sejatinya tak pernah pergi
pada jejak yang kaulewati
selalu tumbuh puisi
puisi yang tak lekang
dalam genggaman anak zaman
mendadar diri merawat sunyi
sunyi yang menjaga akal sehat
saat bunyi hadir tanpa aransemen
membuat hidup begitu gaduh
bumi keruh langit tak lagi teduh
menjelma jutaan jerit dan laknat
selimut hidup yang permanen
kau yang merawat sunyi
jejakmu akan terus diikuti
oleh para pemeluk sejati
jejakmu akan terus diikuti
tak terbendung tak terhenti
Wisma_Aksara, April 2021
Ulang Tahun
selamat ulang tahun tuan sapardi
di hari yang penuh hablur
izinkan aku mendoakan lewat puisi
semoga dipanjangkan nikmatnya kubur
memang tuan telah kembali
ke pelukan yang maha tinggi
namun jejakmu masih selalu
mengetuk pintu rumahku
tiap waktu, tak henti-henti
kini saatnya aku minta ridamu
untuk meraih puisimu-puisimu
yang menggantung di langit mimpi
bercengkerama dengan obsesi
lalu, izinkan aku menanam puisimu
di ladang dan halaman rumah
hingga suatu saat entah
kupanen untuk anak cucu
agar jiwa-raga tetap padu
–dan, duka tak lagi
abadi
Wisma_Aksara, Maret 2021
Negeriku Berpuisi
sepeninggal sapardi
: negeriku berpuisi
sepeninggal iman budhi
: negeriku berpuisi
sepeninggal umbu landu paranggi
: negeriku berpuisi
negeriku berpuisi
: ketika para penyair pergi
negeriku berpuisi
: ketika gemuruh caci maki
negeriku tetap berpuisi
: bahkan saat hilang nurani
dan negeriku akan terus berpuisi
: ketika demokrasi bersanding anarki
apa yang sebenarnya terjadi
: negeriku sedang berpuisi
Wisma_Aksara, 2021
====================
Biodata
Marwanto, menulis esai, cerpen, puisi, dan resensi buku yang dimuat di koran (Kompas, Jawa Pos, Kedaulatan Rakyat, Pos Bali, Koran Sindo, Mercusuar, dll), maupun media online (basabasi, detikcom, cendananews, lensasastra, dll). Menggerakkan aktivitas sastra lewat Lumbung Aksara, komunitas Sastra-Ku, serta mengetuai Forum Sastra-Teater Kulonprogo (2015-sekarang). Buku puisi terbarunya: Kita+(Duh)-Kita (2022). Karyanya termuat di buku antologi bersama: Herbarium (Puisi 4 Kota: Padang Bandung Yogya Denpasar, 2007), Suluk Mataram (50 Penyair Membaca Yogya, 2011), Gelar Jagad (Prosa Joglitfes, Disbud DIY: 2019), Tanah Air Puisi (Yayasan HPI, 2020), Nunggak Semi, Dunia Iman Budhi Santosa (2021), Khatulistiwa (Dari Negeri Poci, 2021), Jejak Puisi Digital (Yayasan HPI, 2021), Ombak Camar dan Lautan (Festival Sastra Internasional Gunung Bintan, 2021), Antologi Esai dan Kritik Sastra (KKK, 2021). Facebook: Marwanto (Marwan bin Muh Syamsi)
Gede Gunada lahir di Desa Ababi, Karangasem, Bali, 11 April 1979. Ia menempuh pendidikan seni di SMSR Negeri Denpasar. Sejak 1995 ia banyak terlibat dalam pameran bersama, antara lain: Pameran Kelompok Komunitas Lempuyang di Hilton Hotel, Surabaya (1999), Pameran “Sensitive” Komunitas Lempuyang di Danes Art Veranda, Denpasar (2006). Ia pernah meraih penghargaan Karya Lukis Terbaik 2002 dalam Lomba Melukis “Seni itu Damai” di Sanur, Bali; Karya Lukis Kaligrafi Terbaik 2009 dalam Lomba Melukis Kaligrafi se-Indonesia di kampus UNHI Denpasar.