Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

Sosial

Aliri 330 Subak, Ari Dwipayana Sebut Danau Batur Kritis

KOMPAK: Ketua Yayasan Puri Kauhan Ubud yang juga Koordinator Staf Khusus Presiden Joko Widodo, Anak Agung Gede Ngurah (AAGN) Ari Dwipayana (tengah) didampingi istri bersama Komandan Korem 163/Wirasatya, Brigjen TNI Choirul Anam, SE, MM, Minggu (8/5/2022).

 

KINTAMANI, Balipolitika.com- Yayasan Puri Kauhan Ubud punya alasan mendasar kenapa memilih Danau Batur sebagai lokasi Mareresik Patirtan serangkaian Sastra Saraswati Sewana 2022. Ketua Yayasan Puri Kauhan Ubud yang juga Koordinator Staf Khusus Presiden Joko Widodo, Anak Agung Gede Ngurah (AAGN) Ari Dwipayana mengatakan danau seluas 16 km² yang terletak di kaldera gunung api aktif dalam rangkaian cincin Api Pasifik itu sedang kritis.

Di hadapan Komandan Korem 163/Wirasatya, Brigjen TNI Choirul Anam, SE, MM, Ari Dwipayana menyebut danau terbesar di Pulau Bali yang mengaliri 330 subak itu tercemar parah dan harus segera diselamatkan.

“Karena danau kita, Danau Batur ini tercemar. Sedang tercemar dan tinggi. Bahkan sesuai hasil riset pencemarannya cukup tinggi. Pencemaran ini terjadi karena limbah, baik limbah dari sektor perikanan, perkebunan, dan sejenisnya. Selain sedementasi, longsor juga kerap terjadi. Karena segala hal masuk danau akhirnya permukaan air danau naik,” ucap Ari Dwipayana.

Menyikapi pencemaran ini, Yayasan Puri Kauhan Ubud terpanggil untuk berkonsentrasi memuliakan Danau Batur lewat kegiatan mareresik bertema “Toya Uriphing Bhuwana, Usadhaning Sangaskara” yang berarti air pemberi kehidupan, penyembuh peradaban. Gerakan ini dilakukan untuk menarik perhatian seluruh stakeholder dan masyarakat untuk mendukung upaya konservasi berkesinambungan.

“Menyelesaikan persoalan ini kan tidak bisa hanya sekadar membersihkan danau. Namun juga dirangkai dengan penanaman pohon dan pemeliharaan hutan. Termasuk penanganan sampah dan limbah dengan teknologi terkini,” terangnya.

Untuk mengedukasi masyarakat Batur dalam jangka panjang, Ari Dwipayana menyebut masyarakat juga harus diberikan alternatif saat mau mengubah perilaku dan budaya yang sedang berlangsung saat ini. Misalnya terkait keramba dan cara bercocok tanam menuju organik dari sebelumnya memanfaatkan pestisida.

“Hal ini tak ditampik membutuhkan komitmen jangka panjang yang kuat. Semua pihak harus bersinergi untuk menyelamatkan Danau Batur demi kelangsungan hidup bersama,” ungkapnya.

Sebagaimana diketahui mareresik bertema “Toya Uriphing Bhuwana, Usadhaning Sangaskara” yang diprakarsai Yayasan Puri Kauhan Ubud berlangsung di tiga lokasi, yakni Patirtaan Pelisan, Pura Jati, dan Rejeng Anyar di seputaran Danau Batur, Desa Adat Kedisan, Kabupaten Bangli, Kintamani.

Aksi cinta lingkungan ini merangkul TNI/ Polri, Peradah Bangli, KMHDI Bali, Mapala UNHI Denpasar, UHN IGB Sugriwa, STAHN Mpu Kuturan, Universitas Dwijendra, Universitas Mahasaraswati, Lingkar Studi Batur, Forum Alumni Gitakita, Kasinoman Pura Ulun Danu Batur, KAGAMA Bali, dan komponen masyarakat lainnya. (bp)

Berita Terkait

Baca Juga
Close
Back to top button

Konten dilindungi!