Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

EsaiSastra

CECAP TANPA KECAP

Oleh Made Budhiana

DARI SILANG SENGKARUT: Made Budhiana saat menyampaikan kata pembuka Painting Exhibition Silang Sengkarut di Dalam Rumah Art Station, Minggu (8/5/2022) malam. 

 

DALAM BERKARYA, setiap orang akan melewati tiga tahapan: Awal, Proses, Akhir. Seluruh tahapan ini sama pentingnya, tidak ada yang lebih penting, kurang penting ataupun sangat penting. Seluruhnya meminta porsi perhatian yang sama.

Namun, titik pijak awal yang merupakan  permulaan dari seluruh rangkaian berkarya, membutuhkan proses menggali diri yang tak henti. Apakah sudah cukup kuat untuk menjadi tumpuan lompatan ke langkah selanjutnya, apakah sudah sesuai dengan kata hati dan apakah sudah cocok untuk mengawal langkah selanjutnya. Menjaga deru angan yang menggebu, agar obsesi tak hanya jadi mimpi berkelanjutan.

Dalam titik pijak awal ini, ada yang menemukan secara cepat, santai begitu saja seperti sedang nongkrong di pantai, dan tiba-tiba langsung ketemu kemudian melompat, ada juga yang mesti menunggu hati yang luka kemudian menjadikan perihnya luka sebagai pijakan-pijakan dalam berkarya. Apapun itu, semuanya adalah sah-sah saja. Asal bisa menarik gerbong sampai finish hingga terwujudnya karya, semuanya tidak menjadi masalah. Toh, pijakan awal ini tidak harus kita umbar dan ceritakan ke siapapun, cukup diri kita dan semeton pat kita yang tahu.

Saat pijakan awal sudah melekat di telapak kaki kita, studi obsesi menjadi langkah selanjutnya. Obsesi inilah yang akan memberi ruh pada karya-karya yang sedang diproses. Apa yang menjadi ketertarikan, ke arah mana perhatian kita tercurah, apa yang ingin kita suarakan, obsesi sebaiknya ditemukan secara jernih. Dan juga tidak usah mengekang obsesi, karena seiring bertambahnya usia dan penuaan pada kulit, obsesi yang sejatinya mahluk liar itu, akan mengikuti “rasa” yang sedang kita cecap.

Semua pengalaman, rasa, suka, sedih, pertemanan, kebebalan, kenakalan, siapa yang sering kita ajak ngobrol, apa yang kita lihat, dan lain sebagainya yang membuat perjalanan hidup sebagai manusia ini makin terasa, akan membentuk karakter-karakter karya. Karakter itu tentunya akan berbeda antara pemilik karya yang satu dengan lainnya. Tidak akan pernah sama, karena tiap manusia itu diciptakan berbeda dan memiliki daya cecap yang berbeda.

Bonk, Jengki, Mediana, menyampaikan pesan melalui karakter mereka di tiap karya. Melihat karakter dalam lukisan Jengki, tentu berbeda saat melihat karakter pada lukisan Bonk dan Mediana. Semua hanya akan terlihat jika mereka mencapai fase Akhir, yaitu tuntasnya sebuah karya. Karakter-karakter itu akan muncul di sana, dan akan semakin mantap seiring dengan tak hentinya mereka berproses.

Tiga tahapan itu: Awal, Proses dan Akhir, tidak akan indah jika tidak ada kesempatan bagi penikmat karya untuk menikmati. Maka menjadi penting proses selanjutnya: sebuah kesempatan untuk menunjukkan karya kepada penikmat seni. Kesempatan untuk membiarkan karya berdialog dengan mereka-mereka di luar sana. Salah satunya melalui pameran Silang Sengkarut yang digagas melalui obrolan-obrolan ringan dan disambut dengan riang hati oleh mereka-mereka yang turut andil di dalamnya.

Seberapa sengkarutkah obsesi Jengki, Bonk dan Mediana, yang akan berpameran kali ini? Mari kita nikmati melalui karya yang mereka tampilkan. Yang jelas, CECAP SAJA TANPA KECAP!

******

Berita Terkait

Baca Juga
Close
Back to top button

Konten dilindungi!