INTERNET MAHAL: Yang menjadi tantangan transformasi digital, menurut Nurul Arifin yakni, biaya internet yang masih mahal.
JAKARTA, Balipolitika.com- Anggota Komisi I DPR RI Nurul Arifin menyampaikan Indonesia memiliki potensi digital yang besar karena banyaknya jumlah penduduk dan banyaknya penduduk yang menggunakan internet.
Namun data World Digital Competitiveness Ranking menunjukkan transformasi digital di Indonesia masih berada di posisi 45 dari 64 negara.
“Meski pun ada perbaikan transformasi digital, Indonesia masih perlu berjuang untuk meningkatkan dan mengakselerasi transformasi digital tersebut,” kata Anggota Komisi I DPR RI Nurul Arifin dalam Webinar Aptika Kominfo, Kamis 2 Mei 2024.
“Beberapa tantangan transformasi digital yang masih harus Indonesia hadapi adalah, Infrastruktur belum merata. Hal ini dilihat dari masih banyak desa/keluarahan, rumah sakit dan sektor pendidikan di Indonesia yang belum tercakup layanan internet 4G atau belum terkoneksi internet,” sambung legislator Golkar ini.
Hal lain yang menjadi tantangan transformasi digital, menurut Nurul Arifin yakni, biaya internet yang masih mahal.
Berdasarkan survey yang dilakukan terhadap 13 negara di Asia Tenggara, Indonesia menempati posisi negara ke 5. Mahalnya biaya internet dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti infrastruktur, kondisi geografi dan lain sebagainya. Begitu juga belum memadainya SDM.
Ditemukan Banyak Luka di Tubuhnya, Sopir Truk Kelapa Sawit Tewas Diduga akibat Kehabisan Darah
Hardiknas 2024, Ketua Komisi X DPR: Pendidikan Indonesia Masih Hadapi Tantangan Besar
Wanita Muda di Leuwiliang Bogor Ditemukan Membusuk di Ruang Tamu Rumahnya, Diduga Sakit Jantung
Biaya UKT Mahal hingga Viral Demo Unsoed, Nadiem Makarim: KIP Kuliah jadi Solusi Terbaik
Diduga Terkena Serangan Jantung, Warga Subang Ditemukan Tewas di Cileungsi Kabupaten Bogor
Dorong Moratorium Pemidanaan Korban Narkoba, Komisi III DPR RI Berharap Polda Kalsel Jadi Pioner
Riset Bank Dunia dan McKinsey menunjukkan Indonesia membutuhkan 9 juta talenta digital pada 2030, atau setara dengan 600 ribu orang per tahun.
Namun, perguruan tinggi hanya mampu memberikan sekitar 100 – 200 ribu talenta digital per tahun.
Berikutnya yakni Literasi masyarakat yang masih terbatas. Kemampuan masyarakat Indonesia menggunakan teknologi informasi dan komunikasi dengan efektif masih terbatas dan masuk kategori rendah.
Hal ini terjadi karena kurangnya akses ke perangkat teknologi dan kurangnya kesempatan untuk mendapatkan pendidikan teknologi.
“Dalam menghadapi transformasi digital, Industri membutuhkan talenta digital seperti Data scientist, Cyber security, Cloud computing dan Artificial intelligence,” ucap Nurul Arifin.
Dengan mengambil peran dan mempelajari kemampuan tersebut dapat meningkatkan talenta digital Indonesia dan memperluas kesempatan kerja.
Untuk itu diperlukan pembangunan secara masif dan kolaborasi dari semua pihak dalam mengatasi tantangan dan mencapai potensi digital tersebut.
Pemerintah telah melakukan transformasi digital dalam berbagai macam sektor prioritas, seperti bisnis, pendidikan, kesehatan, diskusi dan lain-lain.(bp/luc)