Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

Seni Sana Sini

Purnama Kapitu, Ponglik Ngayah Sidakarya di Almamater Tercinta

TULUS IKHLAS: Ketua Dewan Pimpinan Daerah Kongres Advokat Indonesia (DPD KAI) Provinsi Bali, Nyoman Gde “Ponglik” Sudiantara saat ngayah di Piodalan Perumda Bhukti Praja Sewakadarma Kota Denpasar, Sabtu (18/12/2021)

 

DENPASAR, Balipolitika.com- Hari suci Piodalan Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Bhukti Praja Sewakadarma Kota Denpasar yang jatuh pada Purnama Kapitu, Saniscara Pon Wuku Paang, 18 Desember 2021 menjadi kesempatan istimewa bagi Ketua Dewan Pimpinan Daerah Kongres Advokat Indonesia (DPD KAI) Provinsi Bali, Nyoman Gde “Ponglik” Sudiantara untuk kembali ke almamater yang dinahkodainya dari tahun 2004 hingga 2016. Namun kali ini bukan kembali sebagai Dirut PD Parkir Denpasar atau advokat kontroversial, melainkan pragina. Pria yang kisah hidupnya terangkum dalam biografi berjudul “Konflik Tak Jadi Pelik” ngayah Tari Topeng Sidakarya di Perumda Bhukti Praja Sewakadarma yang beralamat di Jalan Raya Puputan Niti Mandala No.188, Sumerta Kelod, Kecamatan Denpasar Timur.

Diiringi tetabuhan Sekehe Gong PD Parkir Denpasar, Ponglik menari bersama pragina lain yang juga merupakan pegawai setempat. Ini merupakan kali kedua Ponglik ngayah nopeng Sidakarya setelah sebelumnya ngayah serangkaian Upakara Yadnya Pamlepeh Jagat di Pura Dalem Ped Nusa Penida, Buda Kliwon Gumbreg, Tilem Kapat, Kajeng Kliwon, Rabu, 6 Oktober 2021 lalu. 

“Tiga hari yang lalu, pegawai memberitahu kepada saya bahwa pelawatan barong di Perumda Bhukti Praja Sewakadarma yang disungsung sejak tahun 2007 selesai diperbaiki. Saya dibawakan panguleman (undangan) untuk ngayah nyolahang Ida Bhatara Dalem Sidakarya. Karena sudah bawa panguleman, maka saya tidak bisa menolak,” ucap Ponglik, Sabtu (18/12/2021) sore. 

Ponglik mengaku merasakan getaran niskala yang kuat saat ngayah hingga sejumlah pamedek (umat) kerauhan atau mengalami trans. Yang banyak merasakan getaran niskala itu pemedek yang menghaturkan sembah bhakti atau sembahyang. “Tadi di sini cuaca panas luar biasa. Tidak tahu karena cuaca atau bagaimana, meskinya lebih panas waktu ngayah di Nusa Penida. Sampai saya merasa tidak tahan tadi saat ngayah. Ketiga upasaksi saat menabur sekar ura (berupa beras bija kuning, uang kepeng, dan daun temen) untuk Dewa, Bhuta Kala, dan manusa (manusia) berjalan lancar dengan pangucap-ngucap (mantra) dalam Bahasa Kawi saya sampaikan lengkap,” urainya. 

“Namanya ngayah berdasarkan niat di sisa waktu setelah proses kesemuan (semu) alias pencarian sesuatu yang tidak pernah abadi di dunia. Tidak ada hak mutlak yang kita miliki di dunia. Menurut saya ngayah seperti ini sama dengan menghaturkan yadnya. Tidak hanya melakukan dengan dana itu disebut mayadnya, tetapi ngayah pun mayadnya. Yang intinya bertujuan memperbaiki karma masa lalu dan di masa hidup ini  untuk kehidupan yang akan datang karena saya sangat percaya dengan adanya punarbahawa (reinkarnasi). Saya sangat percaya dengan itu karena merupakan Hindu sejati yang mewarisi keyakinan ini secara turun-temurun,” ungkap kakek tiga orang cucu itu. 

Disinggung soal rencana ngayah Nopeng Sidakrya ketiga setelah di Pura Dalem Ped Nusa Penida dan Perumda Bhukti Praja Sewakadarma Kota Denpasar, Ponglik menjawab kalem. Ia menyebut ngayah sebagai cita-cita bermodalkan hati tulus ikhlas. “Cita-cita saya memang mau ngayah. Ngayah itu tidak harus menawarkan diri bukan? Jadi kalau kembali ada uleman, saya sebisa mungkin tidak akan menolak, kecuali ada sesuatu yang memang tidak bisa ditinggalkan,” ungkapnya. 

Sementara itu, Direktur Utama Perumda Bhukti Praja Sewakadarma, I Nyoman Putrawan menjelaskan piodalan merupakan bentuk yadnya atau pengorbanan secara tulus kepada Ida Sang Hyang Widhi. Menggunakan perhitungan wuku, upacara ini digelar dua kali dalam setahun. Adapun piodalan hari ini mengambil tingkatan utama dan dipuput oleh Ida Pedanda Griya Tegal Telaga, Ida Pedanda Gede Ngurah. 

“Kami merasa terhormat Pak Man (Nyoman Gde “Ponglik” Sudiantara, red) mau ngayah di almamater Beliau yang dulu bernama PD Parkir Kota Denpasar. Piodalan ini juga dirangkai upacara melaspas pelawatan barong yang kami sungsung di Kantor Perumda Bhukti Praja Sewakadarma,” ujar Putrawan yang kini intens mengelola Gentleman’s Garage alias GG Media sebagai wadah berkreasi dalam dunia musik di kediamannya, Jalan Sidakarya Nomor 46 D Denpasar Selatan. (bp) 

Berita Terkait

Baca Juga
Close
Back to top button

Konten dilindungi!