Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

Pariwisata

Sada Dego: Pemerintah Stop Over Protective

LOGIS: Pengusaha sekaligus Kelian Suka Duka Banjar Legian Kaja, Made Sada Dego.

 

BADUNG, BaliPolitika.Com- Capaian vaksin seluruh kabupaten/kota di Bali sangat menggembirakan. Dari target total 3.405.130 sasaran, hingga Jumat (26/11/2021) sebanyak 3.444.415 warga Bali telah menerima vaksin pertama dan 3.021.480 menerima vaksin lengkap 2 kali. Booster alias vaksin ketiga diterima sebanyak 39.406 orang yang sebagian besar merupakan tenaga kesehatan. Jumlah fatalitas di Bali juga turun drastis. Laporan resmi media harian Covid-19 menunjukkan sudah berulangkali Bali zero korban meninggal dunia akibat terinfeksi SARS-CoV-2. Meski kondisi sudah sangat kondusif, level PPKM Bali justru naik ke level 3 jelang Tahun Baru 2022. Fakta ini disayangkan oleh tokoh Legian Kaja, Kuta, Made Sada Dego.

Mengandalkan wisatawan domestik seiring pemberlakuan karantina mandiri, Sada Dego tak menampik geliat ekonomi sudah terjadi. Meski demikian geliat ekonomi ini belum bisa maksimal memberikan imbas positif bagi pendapatan masyarakat. “Jika hanya mengandalkan turis domestik, kita belum bisa berharap banyak karena sebagian besar mereka yang berlibur ke Bali memanfaatkan diskon gila-gilaan yang ditawarkan pengelola akomodasi pariwisata, khususnya hotel di Bali. Walaupun tidak semua memanfaatkan promo diskon ini. Banyak juga turis lokal yang memang saking cintanya dengan Bali rela merogoh kocek dalam-dalam untuk bisa refreshing dan melepas penat di Pulau Dewata,” ucapnya.

Sayangnya, animo kebangkitan pariwisata ini dipastikan kembali menghadapi tantangan karena pelarangan perayaan malam Natal dan Tahun Baru 2022. Merespons hal ini serta mengacu laporan harian Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 bahwa herd immunity sudah mulai terbentuk di Bali ditopang suksesnya pemerintah menggelar vaksinasi massal, Sada Dego menyayangkan Pulau Dewata kembali dibatasi oleh sejumlah aturan.

“Saya pikir langkah ini over protective. Semestinya masyarakat Bali dibiarkan hidup normal berbekal prokes ketat saja. Toh semuanya sudah dirancang sedemikian rupa untuk memutus penyebaran Covid-19. Hotel-hotel dan sarana fasilitas umum sudah menerapkan CHSE. Semua hotel dan pengusaha pun sudah mengikuti anjuran ini itu dari pemerintah. Sudah dicek juga langsung oleh Dinas Kesehatan dan pemerintah terkait. Apalagi sudah ada aplikasi Peduli Lindungi. Persentase vaksin sangat tinggi di Bali. Lalu mau apa lagi? Kami membutuhkan kepastian karena pariwisata ini bisnis kepastian yang mengandalkan kepercayaan dari dunia luar. Kalau terus berubah-berubah, kami pengusaha yang repot,” tandasnya.

Sada Dego menegaskan Gubernur Bali Wayan Koster harusnya bisa berargumentasi lebih kencang kepada pemerintah pusat. “Semua sudah disiplin pakai masker, rajin cuci tangan, pakai hand sanitizer. Taat aturan untuk vaksin. Seharusnya tidak ada alasan Pak Gubernur Bali takut pada pemerintah pusat dan lebih memilih masyarakat Bali uang super disiplin ini,” sarannya. “Pak Presiden Jokowi ayolah pro dengan Bali. Masyarakat Bali sayang Jokowi,” sambung Kelian Suka Duka Banjar Kelian Kaja tersebut ditemui di Mie Bar Bar Mexchicken Mafia Ayam, Jalan Dewi Sri No. 9 A, Legian, Kuta, Badung.

Lebih lanjut, Sada Dego menegaskan akhir tahun seharusnya menjadi momentum spesial bagi Bali. Pasalnya, pariwisata sangat berpengaruh pada perekonomian Bali dan akhir tahun merupakan hari spesial karena banyak wisatawan yang hadir di Pulau Dewata. “Tidak usah bohong mengatakan tidak ada hubungan antara pariwisata dengan pergerakan ekonomi Bali. Kalau pariwisata berjalan normal, dampaknya hingga ke daerah terpencil di Bali akan terdongkrak perekonomiannya,” ungkapnya.

Disinggung soal masih kritisnya kondisi perekonomian Bali, khususnya Legian, Sada Dego menjawab tegas hal itu disebabkan adanya aturan karantina mandiri bagi turis asing. Aturan ini membuat turis asing enggan ke Bali. Logika sederhananya sudah vaksin lengkap dan hasil tes PCR sebagai penentu orang terjangkit Covid-19 sudah negatif, tapi masih harus karantina. Ini dinilai sebagai sesuatu yang mengada-ada.

“Seharusnya dibiarkan saja. Kalau hasil tes PCR negatif ya tak usah karantina. Alat tes ini bukankah penentu akhir? Kalau sudah negatif ya berarti yang bersangkutan sehat. Untuk apa lagi dikarantina? Kalau hasil tes positif ya memang wajar dikarantina agar tidak menyebarkan virus,” tandasnya.

“Harusnya Pak Gubernur Bali menciptakan bargaining power agar Bali segera dibuka untuk turis mancanegara selebaran-lebarnya,” tutupnya. (bp)

Berita Terkait

Baca Juga
Close
Back to top button

Konten dilindungi!