Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

Pariwisata

Ayu Saraswati: Wisdom Wisman Sama Saja

SETARA: Owner & CEO Toya Devasya Hot Spring, The Ayu Kintamani Villa, dan Toya Yatra Travel, Putu Ayu Astiti Saraswati dan akademisi Fakultas Pariwisata Universitas Udayana, Dr. I Nyoman Sukma Arida dalam zoom meeting, Sabtu (21/8/2021).

 

DENPASAR, BaliPolitika.Com- Pernyataan menarik dan menggelitik tersaji dalam zoom meeting bertajuk Pariwisata dan Biro Perjalanan Wisata di Bali Paska Pandemi, Sabtu (21/8/2021) sore. Akademisi Fakultas Pariwisata Universitas Udayana, Dr. I Nyoman Sukma Arida mengingatkan stakeholder pariwisata Bali agar menyudahi sikap terlalu mendewa-dewakan alias menganakemaskan turis asing. Harapan turis asing kembali datang dalam jumlah melimpah ke Bali sulit terwujud dalam waktu dekat. Wisatawan domestik menjanjikan peluang yang lebih pasti di masa peralihan akibat pandemi Covid-19. 

Owner & CEO Toya Devasya Hot Spring, The Ayu Kintamani Villa, dan Toya Yatra Travel, Putu Ayu Astiti Saraswati tak menampik pandemi Covid-19 memberikan pelajaran berharga agar Bali tidak terus-menerus bergantung pada kedatangan turis asing. Calon Ketua Asita Bali ini juga sepakat tak ada diskriminasi perlakuan antara wisdom dan wisman.

Sementara itu, Akademisi Fakultas Pariwisata Universitas Udayana, Dr. I Nyoman Sukma Arida mengatakan diakui atau tidak di Bali masih ada pembedaan perlakuan antara wisman dan wisdom. Padahal hal ini tidak terjadi di daerah lain seperti Yogyakarta dan Malang. Di sana wisman dan wisdom diperlakukan sama. Sukma menuturkan, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh akademisi Unud, setelah COVID-19 Bali dapat mengembangkan pariwisata berbasis desa wisata yang berpotensi sebagai lokasi staycation (wisata jarak dekat-red) oleh wisatawan lokal dan wisdom.

Menurutnya, staycation banyak dilakukan dalam masa darurat seperti COVID-19 ketika wisdom tidak dapat melakukan perjalanan jauh. Adapun secara akademis, wisdom yang melakukan staycation berjarak 80 km dari lokasi tempat tinggal.

“Staycation memang fenomena yang muncul saat pandemi saja, tapi dampaknya cukup bagus untuk usaha lokal seperti adanya usaha mendirikan tempat berkemah di sekitar danau,” tambahnya.

Lebih jauh, sang akademisi juga menegaskan bahwa Bali harus memiliki konsep pariwisata yang tidak hanya mengandalkan investasi besar-besaran dan mass tourism yang dibanjiri oleh turis China. Konsep baru tersebut dapat dibangun dengan menyeimbangkan antara sektor pertanian, pariwisata, dan UMKM.

“Paska pandemi, orang berwisata cenderung dalam kelompok kecil atau malah sendirian seperti backpacker, kalau industri tak menangkap trend ini, sudah pasti akan kolaps,” katanya.

Ia mencontohkan peran Biro Perjalanan Wisata dan tour guide sebagai contoh bisnis yang bisa jadi tak akan diperlukan lagi. “Orang bisa mengandalkan aplikasi dan peran manusia akan tergantikan. Bahkan guide akan lebih dibutuhkan sebagai teman daripada jadi pemandu,” tegasnya. (bp)

Berita Terkait

Back to top button

Konten dilindungi!