Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

Pendidikan

ITB Stikom Bali Ogah Cetak Pengangguran Intelektual

IT Ubah Sembako Jadi Sepbako

HARMONIS: Institut Teknologi dan Bisnis (ITB) Stikom Bali, Dr. Dadang Hermawan memeluk Wakil Presiden RI, Prof. Dr. K. H. Ma’ruf Amin sebelum pandemi.

 

DENPASAR, BaliPolitika.Com- Always the First, Institut Teknologi dan Bisnis (ITB) Stikom Bali ogah cetak pengangguran intelektual. Sang Rektor, Dr. Dadang Hermawan menjamin lulusannya tak menjadi bagian dari 144.500 pengangguran tahun ini menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali. Jangankan mencetak pengangguran, ITB Stikom Bali diketahui belum sanggup memenuhi sarjana ahli madya komputer untuk memenuhi formasi aparatur sipil negara alias ASN. 

“Yang saya tahu persis, perusahaan telekomunikasi dan instansi pemerintah selalu gagal memenuhi kebutuhan sarjana IT sesuai target. Di sisi lain, perusahaan transnasional atau internasional memburu lulusan IT. Berbalik 180%, yang dicari saat ini adalah sarjana IT kemudian dilatih SDM-nya untuk menguasai bidang ilmu sesuai kebutuhan perusahaan atau instansi,” ucap Dr. Dadang. 

Mantan auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Republik Indonesia itu menyebut IT kini menjadi basic setiap profesi. Terjadi pergeseran masif akibat digitalisasi yang masuk ke semua sektor. Ini yang harus menjadi perhatian masyarakat, khususnya generasi muda atau milenial. “Ini belum begitu diketahui sehingga banyak orang terjebak menjadi pengangguran intelektual. IT kini tak bisa hanya sekadar tambahan. Sudah terbalik yang dibutuhkan pasar. IT yang diperdalam baru ditambahkan dengan bidang keahlian yang lain,” tandasnya. 

Pergeseran pola ini, tegas Dr. Dadang harus dipahami bersama jika tidak ingin Indonesia tertinggal. Bila perubahan paradigma berpikir tidak dilakukan, maka Indonesia, terutama Bali bisa kalah bersaing ke depan menyongsong era pasar bebas 2022. Terangnya, bidang ilmu lain juga penting, tapi background IT harus mutlak menjadi bahan pokok. Dengan kata lain, bukan sembilan bahan pokok (sembako) lagi yang dibutuhkan masyarakat, tapi sepuluh bahan pokok (sepbako). Yang kesepuluh adalah IT alias digitalisasi. Generasi Z dan alpha akan hidup dengan dasar utama penguasaan IT. 

Terkait pengangguran intelektual, Dr. Dadang menegaskan sejak awal didirikan, ITB Stikom Bali selalu memperhatikan lulusannya. Agar seluruh lulusan terserap, ITB Stikom Bali membangun jejaring dengan dunia usaha. Dalam mata perkuliahan industri, pihak kampus kerap mengundang pakar-pakar dari dunia usaha. Stikom Bali juga memiliki badan khusus untuk menyalurkan alumni yang bernama pusat karier dan alumni. Tak hanya itu, Stikom pun mendirikan sejumlah perusahaan yang menggunakan jasa lulusannya sendiri. Para dosen dilibatkan terjun langsung sehingga tidak hanya mengajar teori, namun praktik langsung di kehidupan nyata. 

“Mahasiswa selain dilatih hard skills-nya juga digodok soft skills-nya. Setiap ada perusahaan yang meminta tenaga kerja, Stikom Bali hadir di depan untuk mengorganisir. Kami bersyukur sampai saat ini 100 persen lulusan ITB Stikom Bali terserap. Tidak ada yang menjadi pengangguran intelektual. Bahkan sebelum lulus sudah banyak yang bekerja, berwirausaha, dan sejenisnya,” ungkap Dr. Dadang. 

Disinggung soal hikmah IT sebagai penunjang bisnis, Dr. Dadang memberikan contoh seorang mahasiswa semester 4 ITB Stikom Bali yang mengelola bisnis pakaian online. Dia menargetkan menjual 1 juta potong dalam setahun. Kalau dari penjualan sepotong selisih atau untungnya Rp 10 ribu, maka keuntungan yang ditarget adalah Rp 10 miliar rupiah. Jadi karyawan di mana biar bisa menghasilkan Rp 10 M per tahun? Gaji PNS saja kalah jauh. Dulu hal ini tidak terbayang sama sekali di zaman konvensional. Dengan ditunjang IT, segala hal yang mustahil menjadi nyata. “Nadiem Makarim, Menteri Pendidikan Republik Indonesia contoh nyatanya. Tanpa harus memiliki sepeda motor sebiji pun untuk menjalankan bisnis Gojek, ia bisa mengalahkan penghasilan perusahaan Garuda Indonesia,” tutupnya. (tim/bp) 

Berita Terkait

Back to top button

Konten dilindungi!