Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

Seni Sana Sini

Pria-Pria Eropa Timur, Moch, dan Danumaya

Danumaya, album musikalisasi puisi diluncurkan Teater Sastra Welang di ujung tahun 2020. Moch Satrio Welang meluncurkan album ini secara virtual melalui platform Sound Cloud.

Danumaya yang dalam Bahasa Sansekerta berarti menyala diharapkan jadi penanda optimisme dalam segala situasi. Danumaya membawa misi setiap orang terus berjuang untuk tetap menyala lewat daya kreasi, daya juang, dan daya hidup.

Puisi dalam Danumaya ia tulis sendiri. Moch mengaku menghadapi banyak tantangan dalam menuntaskan ide kreatifnya. Menulis puisi saat bekerja di kapal pesiar memang bukan perkara mudah, saat ide itu muncul, kerap diterpa gelombang pekerjaan dan riuhnya kehidupan kapal. Pernah ia mendapat ide yang seketika ditulisnya di kertas kotak baterai, dan sempat hilang terbuang, hingga ditemukan di tumpukan sampah.

Puisi-puisi yang lahir tidak hanya dari pergulatan batin, namun juga pertarungan di ambang batas kesadaran manusia. Antara siapa aku, untuk apa aku, dan mengapa. Kehidupan yang jauh dari tanah air, jauh dari daratan, jauh dari akar kehidupan asal.

Tema- tema yang dihadirkan pun beragam. Mulai dari kehidupan, kematian, ibu. Tak luput juga tema cinta kisah asmaranya dengan pria-pria Eropa Timur. Ini menjadi sumber inspirasi terciptanya album puisi ini. Beberapa tema tertuang dalam puisi ‘Ia yang Datang Tiap Malam’, ‘Di Laut, Percakapan Tak Usai’, ‘Jalan Pulang’, ‘Ibu’, ‘Biar Kupilih Ingatanku Tentangmu’, ‘Hukuman’ dan ‘Kita Menari Hingga Subuh Jatuh’.

Album puisi ini digarap sejak pertengahan tahun 2019. Beberapa karya juga diambil dari para pemenang Lomuisi Tetra Welang 2019, sebuah ajang lomba musik puisi Teater Sastra Welang di tahun yang sama. Adapun para musisi teater muda yang mengaransemen lagu-lagu dalam album ini antara lain Heri Windi Anggara, Wendra Wijaya, Risma Putri, Komang Adi Wiguna, Yoga Anugraha, Adiprana Kusuma, Gyan Satria dan Septian Efendy

Moch menyakini jalan sastra dalam hal ini puisi, yang apabila dijalankan dengan kesungguhan, akan kerap melahirkan kemurnian. Di jalan puisi yang sunyi, puisi akan selalu ditulis. Karena pada akhirnya kita pun akan kembali pulang.

Sembilan lagu dalam album ini dinyanyikan para penyanyi yang berangkat dari beragam komunitas di dunia teater antara lain Risma Putri, Heri Windi Anggara, Goldyna Rarasari (Senja di Cakrawala), Adiprana Kusuma (Lantaidua) dan  Yom Yomel (Quito Art). Album musik puisi Teater Sastra Welang ini merupakan album ketiga, setelah sebelumnya diluncurkan Album Taman Bunga (2013) dan Album Instalasi Bulan dan Matahari ( 2016). (bp)

Berita Terkait

Baca Juga
Close
Back to top button

Konten dilindungi!