Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

Seni Sana Sini

PAYUNG HITAM Dialog Dini Hari

Di tengah terpuruknya situasi ekonomi akibat pandemi COVID-19 yang menghantam sejak awal tahun, seorang menteri tega melakukan korupsi bantuan bagi mereka yang terdampak. Di tengah situasi pandemi COVID-19 yang belum juga tertangani dengan baik, pemerintah Indonesia tetap menggelar pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak pada 9 Desember 2020.

Di tengah semakin represifnya negara terhadap kebebasan berekspresi, pemerintah Presiden Joko Widodo (Jokowi) nyaris tidak membuat kebijakan-kebijakan penting dalam perlindungan hak asasi manusia (HAM) maupun penyelesaian masalah-masalah HAM yang sudah terjadi puluhan tahun sebagaimana janji-janjinya pada saat minta untuk dipilih dulu.

Di tengah situasi perlindungan HAM yang tak kunjungan membaik itulah trio blues/folk Dialog Dini Hari (DDH) mengeluarkan lagu terbarunya, Payung Hitam, pada 10 Desember 2020. Peluncuran lagu baru ini menjadi pengingat kembali bahwa masih banyak pelanggaran HAM di masa lalu yang tak kunjung selesai hingga saat ini. “Kami sengaja meluncurkan lagu ini (Payung Hitam) pada hari peringatan HAM sedunia untuk mengingatkan kembali bahwa masih banyak pelanggaran HAM yang tidak kunjung diselesaikan Jokowi, tetapi justru menggelar Pilkada yang tidak jelas di tengah pandemi seperti saat ini,” kata Dadang SH Pranoto, gitaris dan vokalis trio blues/folk dari Bali ini.

Dadang mengatakan penciptaan lagu Payung Hitam terinspirasi dari perjuangan para ibu yang setia menggelar aksi tiap Kamis di depan Istana Negara. Meskipun dia dan personel DDH lainnya belum pernah secara langsung terlibat dalam aksi Kamisan tersebut, Dadang mengatakan ikut mendukung, termasuk lewat lagu terbarunya.

Dadang bercerita, pada saat DDH konser di Jakarta tahun lalu, mereka memang pernah dihubungi aktivis KontraS yang ingin mengajak Bu Sumarsih, salah satu aktivis Kamisan dan ibu dari korban tragedi Semanggi I. “Tetapi waktu itu kami belum siap karena belum ada karya apapun tentang mereka. Dari situ aku jadi mengingat kembali. Akhirnya pada saat lagu ini jadi, aku coba mulai mewujudkan sebuah keprihatinan pribadi sebagai musisi terhadap pelanggaran-pelanggaran HAM yang masih terjadi sekaligus dukungan terhadap aksi Kamisan,” ujar Dadang.

Dalam lagu terbarunya tersebut, DDH dengan tersurat mendukung aksi-aksi menuntut penyelesaian pelanggaran HAM termasuk Aksi Kamisan. Aksi di depan Istana Merdeka itu sudah diadakan lebih dari 13 tahun oleh para korban, keluarga korban, atapun warga lain yang menyerukan tuntutan sama terhadap penguasa negara.

Dan aku bukanlah batu
Yang diam kau tendang menjauh
Yang kau injak tak berdaya
Aku akan terus bertanya seharusnya kau menjawab
Payung payung hitam menunggu

Begitulah DDH menyampaikan dukungan terhadap aksi Kamisan yang digelar oleh massa dalam barisan berpakaian dan membawa payung hitam itu.

Proses penggarapan Payung Hitam, menurut Dadang, berlangsung selama satu bulan. Setelah Dadang menulis lirik, pencabik bas Brozio Orah dan penabuh drum Deny Surya lalu menyelaraskan aransemennya. Setelah sempat bongkar pasang selama sebulan, lagu itu pun jadi. Permainan klarinet dari Yuvensius Donny Hermawan turut memperindah irama lagu sepanjang 4 menit 23 detik ini.

Dadang menambahkan, peluncuran Payung Hitam pada peringatan Hari HAM tahun ini juga sebagai pengingat, terutama anak-anak muda, tentang pentingnya HAM. Menurutnya HAM merupakan fondasi utama demokrasi di negara manapun juga. “Setiap orang harus menghormati HAM, terutama penguasa,” tegasnya. Harapan DDH itu diwujudkan dalam salah satu bait lirik lagu mereka.

Kesabaranku bagai denyut jantung
Berdetak mengetuk gerbang istanamu
Hingga waktunya nanti darah ditubuhku tak mencapai otak
Kuharap jawaban jawaban yang ku mau bisa kutemukan
Payung payung hitam menunggu

“Apa yang kami sumbang mungkin tidak besar, tetapi hal-hal baik tetap harus didukung seperti perjuangan para korban pelanggaran HAM. Apa yang mereka lakukan lewat aksi Kamisan pun sudah menggaung ke mana-mana,” lanjutnya.

“Mungkin dengan karya ini kita bisa menunjukkan bahwa jauh dari Jakarta, kami juga peduli pada apa yang mereka perjuangkan,” ujar Dadang. Melalui Payung Hitam, DDH menunjukkan bahwa solidaritas perjuangan membela HAM seharusnya melintas batas geografis dan ideologis. (bp)

Berita Terkait

Back to top button

Konten dilindungi!