Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

Peristiwa

Bukan Bhakta Hare Krishna, AWK Sebut Warga Bali Belum Sadar

Bersyukur Jadi Senator RI Berkat Kekuatan Shri Krishna

DENPASAR, BaliPolitika.Com– Shri I Gusti Ngurah Arya Wedakarna Mahendradatta Wedasteraputra Suyasa alias AWK tuding aspirasi ribuan masyarakat Bali terkait pembubaran aliran terlarang Hare Krishna (HK) yang mengarah padanya salah alamat. Anggota DPD RI dapil Bali peraih 742.718 suara pada Pemilihan Legislatif 2019 itu membantah sebagai bhakta HK. Dirinya pun membantah melakukan pengayoman terhadap aliran yang dilarang sejak tahun 1984 di Indonesia itu. AWK menyebut pengayoman terhadap HK ada di Kementerian Hukum dan HAM serta PHDI melalui keputusan pemerintah.

“Kalau ada pihak yang mau melarang silahkan hubungi mereka. Jangan ke DPD RI. Kami tak ikut campur,” ucap putra I Made Wedastera Suyasa itu dikutip dari radarbali.id, Selasa (3/11/2020).

AWK berhak membantah sebagai bhakta HK, namun jejak digital berkata lain. AWK diketahui terang-terangan mengajak masyarakat Pulau Dewata untuk menjadi vegetarian alias tidak mengonsumsi daging. Dirinya pun berharap gerakan HK bisa mempengaruhi generasi muda Bali dan Indonesia. Penegasan tersebut terangkum dalam rekaman video berdurasi 2 menit 34 detik yang kini kembali viral di media sosial.

Dalam pidatonya, AWK berharap gerakan bhakta Shri Krishna mudah-mudahan bisa mempengaruhi nusantara, mempengaruhi anak muda Bali, dan mempengaruhi gerakan sanata dharma di Indonesia.

“Saya punya permintaan, anak-anak yang sudah belajar kitab suci Bhagawad Gita, yang sudah menjadi bhakta Shri Krishna, saya minta tidak boleh menjelekkan orang Bali yang masih belum sadar. Karena agama Hindu bukan agama dogma. Kita tidak mau jadi agama dogma. Kalau kamu tidak melakukan ini kamu masuk neraka; kalau kamu melakukan ini kamu mendapatkan pahala. Kita sudah melihat kehancuran agama-agama dogma di dunia ini,” ucapnya.

AWK dengan semangat berapi-api menekankan bahwa pemaksaan tidak boleh dilakukan. “Tidak boleh memaksa. Kalau ada sameton kita belum vegetarian, berikan pengertian. Satu, dua, tiga kali. Jika belum sadar mungkin di kehidupan mendatang akan sadar. Kalau ada yang belum baca Bhagawadgita juga sama. Jangan dihina. Jangan kita merasa terhebat. Karena bhakta Shri Krishna tidak pernah sombong. Berikan pengertian. Saya, Anda, kita semua Bhakta Shri Krishna, saya yakin karena Sri Khrisna yang meminta kita dan Beliau yang berkenan menjadi bhakta di kelahiran kita hari ini,” terangnya.

Lebih lanjut, AWK mengaku beruntung dan mengucapkan terima kasih karena malinggih (duduk, red) di DPD RI/MPR RI. “Saya bangga akhirnya ada juga bhakta-bhakta Shri Krishna yang bisa menjadi Senator Republik Indonesia. Ini karena Beliau (Shri Krishna, red) yang memberikan kekuatan kepada saya,” ungkapnya.

Terkait imbauan untuk menjadi vegetarian dan menyentil warga yang masih mengonsumsi daging dengan istilah “belum sadar”, Ketua Umum Puskor Hindunesia, Ida Bagus Susena menyebut AWK tidak konsisten. “Kalau memang tokoh Hindu dia harus punya konsistensi dalam memegang teguh ajaran Hindu. Tidak plin- plan lagi. Harus tegas apakah dia Hindu Bali atau Hindu India. Kalau AWK memang penganut aliran Hare Krishna yang jelas-jelas bukan agama Hindu, harus tegas juga. Salah satu disiplin bhakta Hare Krishna adalah vegetarian. Kalau memang menganut ajaran itu kemudian mempromosikan babi guling, termasuk mengadakan festival babi guling, itu kan sudah menyalahi ajaran Hare Krishna. Saya pribadi tidak mempermasalahkan AWK menganut ajaran apa,” ucap IB Susena, Senin (27/1/2020) silam.

Lebih lanjut, IB Susena berharap AWK tidak “bermuka dua”. Di satu sisi mengagung-agungkan diri sebagai bhakta Sri Krishna; di sisi lain mengaku pahlawan bagi Hindu Bali. Hal ini tegas IB Susena adalah dua hal yang sangat bertentangan dan AWK dinilai kerap melakukan propaganda. “AWK mempermainkan agama untuk kepentingan politik. Ini sangat tidak elegan; tidak pas. Karena memainkan isu politik identitas seperti ini dia tak ubahnya seperti Habib Rizieq Shihab atau Anies Baswedan yang menurut saya tidak disukai mayoritas masyarakat Bali,” tegasnya.

IB Susena menyebut konsep Hindu Nusantara atau Hindu Bali mustahil lepas alias tidak menggunakan daging hewan, khususnya dalam sarana upakara. “Kita di Hindu Nusantara merupakan kombinasi berbagai sekte yang disatukan oleh Mpu Kuturan. Kita memiliki apa yang disebut dengan aliran Bhairawa, Siwa, Budha. Sudah bercampur sedemikian rupa dan disinkronisasi untuk melindungi semua aliran. Saya mendapatkan informasi sudah ada ritual di Bali yang dari menggunakan daging kini tidak lagi menggunakan daging. Ini jelas tidak menghormati lokal genius atau kearifan lokal yang diwariskan oleh leluhur kita,” pungkas IB Susena.

Terkait pernyataan bahwa aliran Hare Krishna bukan agama Hindu, IB Susena menekankan hal tersebut disampaikan oleh pendiri Hare Krishna, A.C. Bhaktivedanta Swami Prabupdha. Dalam artikel berjudul “Can it Be That the Hare Krishnas Are Not Hindu? ISKCON’s Srila Prabhupada’s edicts on religion are clear” yang dimuat dalam majalah Hinduism Today edisi Oktober 1998. “Dijelaskan dalam artikel tersebut bahwa Hare Krishna sama sekali tidak ada urusannya dengan agama Hindu atau sistem agama apapun. Setiap orang harus mengerti dengan jelas bahwa Hare Krishna tidak mengajarkan apa yang disebut agama Hindu (The Krishna consciousness movement is not preaching the so-called Hindu religion). Demikian yang tertulis. Artikel lain yang menjelaskan bahwa Hare Krishna bukan Hindu masih sangat banyak,” tegasnya. (bp)

Berita Terkait

Back to top button

Konten dilindungi!