Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

PuisiSastra

PENYAIR KESAYANGAN BURUNG-BURUNG, BERPULANG

Ilustrasi: Frans Nadjira

 

 

 

PENYAIR KESAYANGAN BURUNG-BURUNG, BERPULANG

 

tak ada yang lebih bercahaya

dari lukisan

kau kini              memasukinya

tak ada yang lebih sunyi

dari puisi

kau kini      menghuninya

:           “selamat jalan

          badik api

yang ditatah dengan ombak……”

tapi,                 tinggalkan      satu gores

         garis      lagi

aku ingin melihat

untuk yang terakhir kali

air matamu                  membakar beku

tubuh tubuh kedinginan

yang terbaring lapar

di sepanjang malam kota kita

sisakan juga

satu kata

untuk aku papar

di tempat yang lebih gelap

dari warna cahaya

di tempat yang lebih bising

dari bunyi hening

semesta ini,                 kini

saat

penyair kesayangan burung burung,  berpulang

Frans Nadjira, 3 -9-1942_12-1-2024

 

BIODATA

Sinduputra lahir di Sanur, Bali. Sejak tahun 2001 bermukim di Mataram, Lombok, NTB. Belajar menulis sejak dari sekolah menengah pertama di ruang sastra Bali Post yang diasuh Umbu Landu Paranggi. Dalam perjalanan kemudian, puisinya dimuat di berbagai ruang sastra koran, majalah, dan ruang online. Mengikuti berbagai kegiatan sastra antara lain Winternachoverseas di Jogjakarta, Festival Seni Surabaya, Festival Kesenian Jogjakarta, Temu Sastra Mitra Praja Utama dan Toyabungkah Literary festival. Buku puisinya yang telah terbit: Dongeng Anjing Api, Segara Anak, Biografi Burung, Burung Origami, dan Di Lombok Aku Dapatkan Puisi.

Berita Terkait

Back to top button

Konten dilindungi!