Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

EkbisSeni & Budaya

Baliwa Songket Collections Jajal Indocraft ke-17

I Ketut Ardanen: Terima Kasih Dekranasda Bali

Denpasar (BaliPolitika.Com) – Komitmen Ibu Gubernur Bali Ni Putu Putri Suastini Koster mempertahankan produk kain khas Bali, khususnya tenun agar tak diklaim negara lain disambut hangat para perajin dan pelaku UMKM. Baliwa Songket Collections salah satunya. Di tengah pandemi Coronavirus Disease alias Covid-19, usaha mikro dan kecil yang beralamat di Jalan Noja 1 Gang IV A No. 1 A, Banjar Abian Nangka Kelod, Desa Kesiman Petilan, Denpasar Timur itu tetap survive. Sang owner, I Ketut Ardanen mengaku kesempatan mengikuti pameran Indocraft ke-17, 11-15 Maret lalu di Cendrawasih Hall Jakarta Convention Center (JCC) bersama Dekranasda Provinsi Bali membuat songket semakin “diburu”.

Pameran Indocraft ke-17 jelasnya dibuka oleh Menteri Koperasi dan UMKM Teten Masduki. Disaksikan oleh Ketua Umum Komunitas Desainer Etnik Indonesia Raizal Buyung Raiz, Ketua Umum Komunitas Cinta Berkain Sita Hani, dan Ketua Umum IWAPI Nita Yudi. Ketut Ardanen tak menampik sebagai pameran business to customer (B2C) di sektor ekonomi kreatif, Indocraft menjadi ajang promosi efektif bagi para pelaku usaha kecil menengah (UKM) mandiri dan binaan. “Saya sangat berterima kasih atas dukungan Dekranasda Provinsi Bali atas kesempatan tersebut,” ucapnya Sabtu (20/6).

Menariknya, bagi seorang I Ketut Ardanen menekuni songket bukan semata-mata meraih keuntungan, melainkan usaha merawat identitas kultural dan ritual khas Bali. Agar songket semakin dicintai, pria yang mengoleksi sejumlah songket purba itu mengaku punya konsep brilian. Yakni mengubah kain songket jadi lebih lentur, nyaman dipakai, dan mudah dirawat. Tentunya tanpa mengubah motif songket itu sendiri.

“Saya hanya mengubah warna songket yang berasal dari bahan kimia menjadi warna alami dan tidak luntur. Saya matangkan lagi warna-warna itu dan ini butuh waktu yang sangat panjang,” ujarnya. Hal ini dilakukan agar songket bisa dikoleksi sepanjang masa. Ditambahkannya, selama ini masyarakat Indonesia, khususnya Bali mengenal songket sebagai kain yang kaku. Songket hanya digunakan pada hari-hari tertentu saja, seperti pernikahan dan ritual adat lainnya. “Saya memutuskan tekun menekuni songket dan atas berkat Yang Maha Kuasa menemukan formula mengubah songket menjadi tidak kaku dan nyaman dipakai sehari-hari,” ungkapnya sembari menyebut nama sejumlah tokoh penting di Bali yang menjadi langganannya.

Berita Terkait

Back to top button

Konten dilindungi!