Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

Seni & Budaya

Mahima Sajikan Pesan Ibunda Soekarno, Nyoman Rai Srimben

Buleleng (BaliPolitika.Com) – Karakter Nyoman Rai Srimben, ibu kandung Sang Proklamator Ir. Soekarno akan tersaji dalam pagelaran seni virtual “Bung Karno dan Bali” yang diprakarsai Dinas Kebudayaan Provinsi Bali. Garapan Komunitas Mahima, Buleleng tersebut bisa dinikmati bersama 9 karya komunitas lain di kanal youtube, Minggu (21/6) pukul 19.00-21.00. Oleh komunitas seni yang dibina penyair Made Adnyana Ole dan Kadek Sonia Piscayanti, sosok Nyoman Rai Tumben diapresiasi dalam bentuk puisi musik dan video.

“Yang kami angkat Ibu Bung Karno, Nyoman Rai Srimben dalam musik puisi. Karena musik puisi bagi saya saat ini bisa efektif menyampaikan pesan dan karakter seorang ibu bangsa,” ucap Sonia, Kamis (18/6). Terangnya, Mahima sebagai lembaga seni budaya merespons positif inisiatif Disbud Bali. Di masa pandemi, instansi pimpinan Gubernur Bali Wayan Koster memberikan ruang bagi seniman untuk tetap berkarya. Sonia menyebut visi pemerintah berbagi melalui karya seni adalah pilihan tepat.

“Maka Mahima menyambut ini dengan baik. Saya pikir kesenian yang baik adalah kesenian yang menghormati keadaan. Jadi karena keadaan begini, solusinya adalah pentas virtual. Dan ini membuat kita belajar memikirkan kembali platform platform baru untuk berkesenian,” ungkap dosen Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Ganesha itu.

Foto Istimewa: Pentas Virtual Dishub Bali

Platform seni virtual jelas Sonia sesungguhnya sudah lama ada. Akan tetapi jarang digunakan pada situasi normal. Tak bisa dipungkiri kebutuhan seni utamanya seni pertunjukan adalah audiens live yang real. Namun di masa pandemi konsep audiens live bergeser menjadi live di platform online. Ini menjadikan target berubah. Seniman dituntut menyesuaikan. Dan itu baginya tidak masalah.

“PKB ditiadakan. Langkah ini sangat tepat. Pentas virtual sangat bisa dijadikan alternatif pengganti. Jadi, ini saatnya mengkonsep ulang ukuran-ukuran lama untuk menjustifikasi sebuah seni utamanya seni pertunjukan,” ulasnya. Pentas virtual, tandas Sonia banyak sekali nilai plusnya. Karya seniman disimpan dalam platform digital yang tentunya akan tersimpan selamanya. Otomatis akan menjadi dokumentasi bagus bagi seniman yang dominan sering abai pada dokumentasi. “Sekarang dituntut harus mendokumentasikan sendiri karyanya. Ini kemajuan. Dari segi dokumentasi karya,” tegasnya.

Sonia menegaskan seni pertunjukan tak akan pernah mati. Selama manusia masih ada, seni akan terus beradaptasi mengikuti keadaan. “Harus tetap semangat dan produktif,” pesannya. (*)

Berita Terkait

Baca Juga
Close
Back to top button

Konten dilindungi!